Senin 19 Sep 2016 19:10 WIB

Utang Luar Negeri Melonjak 6,4 persen

Rep: Idealisa Masyrafina/Sapto Andika Candra/ Red: Nur Aini
Hutang Luar Negeri. Pekerja mengerjakan pembangunan gedung bertingkat di Jakarta, Rabu (20/8).(Republika/ Wihdan)
Foto: Republika/ Wihdan
Hutang Luar Negeri. Pekerja mengerjakan pembangunan gedung bertingkat di Jakarta, Rabu (20/8).(Republika/ Wihdan)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) mencatat Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada Juli 2016 sebesar 324,2 miliar dolar AS atau tumbuh sebesar 6,4 persen (yoy). ULN jangka pendek tercatat menurun, sementara ULN jangka panjang meningkat.

Posisi ULN jangka panjang pada akhir Juli 2016 mencapai 283,0 miliar dolar AS (87,3 persen dari total ULN) atau tumbuh 8,0 persen (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan Juni 2016 yang sebesar 7,7 persen (yoy).

Di sisi lain, posisi ULN jangka pendek pada akhir Juli 2016 tercatat sebesar 41,2 miliar dolar AS (12,7 persen dari total ULN) atau turun 3,6 persen (yoy), lebih dalam dari penurunan Juni 2016 sebesar 3,1 persen (yoy).

Berdasarkan kelompok peminjam, posisi ULN Indonesia sebagian besar terdiri dari ULN sektor swasta. Pada akhir Juli 2016, posisi ULN sektor swasta mencapai 164,5 miliar dolar AS (50,7 persen dari total ULN), sementara ULN sektor publik sebesar 159,7 miliar dolar AS (49,3 persen dari total ULN).

ULN sektor swasta masih mengalami penurunan 3,4 persen (yoy) pada Juli 2016 setelah pada bulan sebelumnya turun 3,1 persen (yoy), sementara ULN sektor publik tumbuh 18,7 persen (yoy) atau meningkat dari 17,9 persen (yoy) pada bulan sebelumnya.

Gubernur Bank Indonesia, Agus DW Martowardojo mengatakan, ULN sektor swasta mayoritas jangka panjang dan banyak dari korporasi non bank.

"Kita melihat bahwa secara umum yang non bank itu terkendali karena proses-proses tujuannya dilakukan melalui OJK dan BI. Namun kalau yang swasta dengan kita mengeluarkan peraturan untuk kehati-hatian sehingga utang luar negeri itu harus selalu memenuhi highing ratio liquidity, dan credit rating itu kita meyakini terjaga dengan baik," ujar Agus di Gedung Bank Indonesia, di Jakarta, Senin (19/9).

Agus mengakui, melihat rasio ekspor Indonesia yang relatif belum tumbuh karena harga komoditi yang belum membaik telah membuat ratio service Indonesia perlu diwaspadai. Namun ia menegaskan, yang lebih utama adalah berhutang itu tidak apa-apa, asal digunakan untuk kegiatan yang produktif.

"Dan selama ini yang kita jaga adalah penggunaan untuk yang produktif dan didukung oleh hedging sehingga tidak membuat resiko forex exchange (nilai tukar)," tuturnya.

Tercatat berdasarkan sektor ekonomi, ULN swasta pada akhir Juli 2016 terkonsentrasi di sektor keuangan, industri pengolahan, pertambangan, serta listrik, gas dan air bersih. Pangsa ULN keempat sektor tersebut terhadap total ULN swasta mencapai 75,7 persen.

Bila pertumbuhan tahunan keempat sektor tersebut dibandingkan dengan Juni 2016, pertumbuhan ULN sektor industri pengolahan dan sektor listrik, gas dan air bersih tercatat meningkat. Sementara itu, ULN sektor pertambangan dan sektor keuangan masih mencatat pertumbuhan negatif.

Bank Indonesia memandang perkembangan ULN pada Juli 2016 masih cukup sehat, namun terus mewaspadai risikonya terhadap perekonomian nasional.

"Kami akan terus memantau perkembangan ULN, khususnya ULN sektor swasta. Untuk memberikan keyakinan bahwa ULN dapat berperan secara optimal dalam mendukung pembiayaan pembangunan tanpa menimbulkan risiko yang dapat memengaruhi stabilitas makroekonomi," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement