Senin 19 Sep 2016 20:47 WIB
Reklamasi Teluk Jakarta

Politikus Gerindra: Luhut Terkesan Patuh ke Ahok

Rep: Amri Amrullah/ Red: Bayu Hermawan
Warga nelayan pesisir Teluk Jakarta melakukan aksi di Silang Monas Utara, Jakarta, Senin (19/9).
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Warga nelayan pesisir Teluk Jakarta melakukan aksi di Silang Monas Utara, Jakarta, Senin (19/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Gerindra Andre Rosiade mengingatkan Menteri Koordinator (Menko) bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan agar mematuhi Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait proyek reklamasi di Teluk Jakarta.

"Keputusan Luhut meneruskan reklamasi ini sangat berbeda dengan keputusan presiden, bahwa reklamasi menunggu kajian Bappenas. Ini jadi pertanyaan besar, kenapa Pak Luhut terkesan lebih patuh ke Ahok daripada ke Presiden?," ujarnya, Senin (19/9).

Presiden Jokowi pada akhir April lalu mengintruksikan Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) untuk mengintegrasikan perencanaan terkait proyek Reklamasi Teluk Jakarta dan Pengembangan Terpadu Pesisir Ibukota Negara.

Presiden juga menegaskan tidak boleh ada pelanggaran dari aturan yang berlalu sehingga harus ada sinkronisasi di semua kementerian dan lembaga agar tidak ada persoalan hukum di kemudian hari.

Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro sendiri, menyatakan kajian proyek Pengembangan Terpadu Pesisir Ibukota Negara akan selesai pada Oktober 2016 mendatang. "Reklamasi ini sebenarnya untuk siapa? Kita tidak bicara SARA, tetapi faktanya dilapangan kan memang seperti itu, kenapa juga Ahok membela mati-matian soal reklamasi. Kalian bisa lihat siapa pengusahanya di situ, lalu siapa yang akan menghuninya juga," katanya.

Menurutnya Menko Luhut seharusnya juga memperhatikan dari sisi hukum persoalan reklamasi. Di mana Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) melalui Putusan Nomor 193/G/LH/2015/PTUN-JKT tanggal 31 Mei 2016 telah memerintahkan penundaan pelaksanaan reklamasi Pulau G di Teluk Jakarta.

Sebagai pejabat negara sekelas Menteri Koordinator, seharusnya Luhut memberikan contoh kepada rakyat Indonesia. Bahwa pemerintah juga mematuhi dan menghormati proses penegakan hukum yang ada. Bukan malah memberikan contoh tidak baik dengan 'membangkang' terhadap prinsip-prinsip negara hukum itu sendiri.

Pernyataan Luhut bahwa dirinya akan meneruskan megaproyek reklamasi, kata Andre tidak selaras dengan pernyataan dan kebijakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Khususnya mengenai dokumen analisis dampak lingkungan (Amdal) dan desain ulang yang hingga kini belum dipenuhi pengembang.

"Sampaikan semua secara utuh ke publik, jangan ditutup-tutupi. Ada kepentingan apa dibalik proyek reklamasi ini? Kalau mau jujur, proyek ini juga bertentangan dengan program Nawacita Jokowi, kenapa ngotot diteruskan?," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement