REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Sekretaris Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Nasdem DKI Jakarta Febry Nara prihatin melihat iklim demokrasi Indonesia yang sudah mulai naik kelas namun kembali 'dikucilkan'. Terutama oleh pihak-pihak yang mengatasnamakan agama demi kekuasaan semata.
"Saya tidak terima kalau agama Islam yang saya pelajari dari lahir dijadikan alat tanding untuk pilkada, alat untuk unjuk gagah-gagahan di media," ujarnya, Senin (19/9) malam.
Menurut dia, daripada membenturkan sesama Muslim, pihak-pihak yang mengatasnamakan agama tersebut ditantang mencalonkan diri sebagai calon gubernur DKI Jakarta. "Mari bung, kalau merasa hebat, merasa mampu silakan daftar jadi gubernur. Kalau rakyat suka akan terpilih kok, nggak usah cara begini, seakan-akan membenturkan sesama saudara Muslim dengan cara seperti ini," kata Febry. Hal ini karena sikap seperti itu dinili akan sangat bahaya dan berpotensi menimbulkan perpecahan di ibu kota.
Ketua bidang Organisasi dan Kepemudaan Nasdem DKI Jakarta Gusti Arief menyarankan agar masyarakat sendiri yang memilih pemimpin sesuai hati nurani dan ajaran agama. "Jangan lagi diperdebatkan mengenai perbedaan itu, karena menurut saya Indonesia sudah tuntas soal perbedaan itu," ujarnya.