REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saksi ahli yang pernah dihadirkan Jaksa Penuntut Umum (JPU) atas kasus tewasnya Wayah Mirna Salihin, Krimolog Ronny Nitibaskara membantah atas penyataan kuasa hukum Jessica Kumala Wongao, Otto Hasibuan. Sebelumnya Otto mengatakan bahwa Ronny hanya menggunakan teori perdukunan atau perenungan dalam memberikan keterangannya.
Hal itu diungkapkan Otto berdasarkan kesaksian saksi ahli yang dihadirkannya di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat, Senin (19/9) kemarin, yaitu ahli kriminolog Eva Achjani Zulfa. Namun, kata Ronny, dalam menyampaikan keterangannya seorang saksi harus sesuai dengan kompetisinya.
Ronny mengaku bahwa dirinya telah lama berkecimpung dalam ilmu krimonologi dan merupakan guru besar pertama di Univesitas Indonesia (UI). Sementara, Eva yang juga dari UI sebenarnya tidak dapat disebut kriminolog karena bukan lulusan dari Kriminolog UI secara langsung.
"Yang ingin saya sampaikan adalah, di kriminolog saya sudah cukup lama bernaung. Saya ingin membuat klarifikasi dan meluruskan kuasa hukum (Otto) yang menurut saya, yang mengarahkan dokter Eva tergeser. Itu saya katakan betul," ujar Ronny kepada wartawan, Selasa (20/9).
Sebelumnya, Otto mengatakan bahwa Ronny sebagai seorang kriminolog tidak bisa menggunakan teori ilmu fisiognomi dan gesture untuk menyimpulkan Jessica melakukan pembunuhan berencana tersebut. Karena, menurut Otto, kriminologi hanya melihat gejala-gejala sosial dan tak sampai kepada kesimpulan memvonis.
Menanggapi hal itu, Ronny mengatakan bahwa pernyataan Otto tersebut tidak benar. Karena, menurut dia, Biro Investigasi Federal Amerika Serikat yang bernama FBI pun kerap menggunakan ilmu gesture atau ilmu membaca wajah tersebut.
Ronny juga menegaskan bahwa dalam memberikan kesaksian dirinya juga tidak memihak kepada korban ataupun terdakwa dalam memberikan keterangannya. Ia hanya mengungkapkan sesuai dengan ilmu krimonologi. Karena itu, masyarakat jangan berfikir bahwa pernyataannya hanya tentang kejelekan Jessica belaka.
"Dilihat dari gesture, Jessica pilih kasih, pilih-pilih, keras kepala. Itu apa jelek? Tidak juga karena orang pilih-pilih kadang itu bagus. Tapi kalau jadi pendendam, semua orang itu punya peluang jadi penjahat," kata Ronny.