Rabu 21 Sep 2016 12:54 WIB

Eksploitasi Kawasan Konservasi Diduga Penyebab Bencana di Garut

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: Agus Yulianto
Penyusutan luas hutan akibat penggundulan dan konversi. (ilustrasi)
Penyusutan luas hutan akibat penggundulan dan konversi. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Bencana alam yang terjadi di suatu wilayah erat kaitannya dengan faktor lingkungan. Kerusakan lingkungan menjadi salah satu faktor penyebab bencana, seperti banjir bandang yang terjadi di Kabupaten Garut.

Kepala Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerab (BPLHD) Jawa Barat, Anang Sudarna mengatakan, banyak eksploitasi yang terjadi di kawasan konservasi yang dilindungi di Garut. Eksploitasi lingkungan dilakukan pengembang yang melanggar Rencana Detail Tata Ruang (RDTR).

"Ketika di kawasan tersebut tata ruangnya adalah hutan lindung, harus kita hormati. Di kawasan tertentu di Garut itu, misalnya di Cipanas, ada Gunung Guntur, sekarang beberapa pengusaha dieksploitasi pasirnya. Kita sudah setop, tapi masih kekeuh," kata Anang saat dihubungi Republika, Rabu (21/9).

Selain itu, Anang menyebutkan, eksploitasi lingkungan dengan pembangunan kawasan komersil juga terjadi di Darajat. Menjadi lokasi pariwisata, pembangunan penginapan, restoran hingga pemandian air panas begitu marak.

Padahal, ujar dia, harusnya kawasan tersebut merupakan lahan konservasi yang tidak boleh ada pembangunan. Namun dipaksakan oleh pengusaha yang hanya melihat potensi bisnis. "Ada daerah yang tidak boleh dibangun, tidak boleh dirusak, harus tutup vegetasi tapi dipaksakan," ujarnya.

Anang mengaku, dalam konteks ini tidak bermaksud mencari pihak yang salah. Oleh karenanya, bencana yang terjadi harus menjadi pelajaran bagi pemerintah daerah untuk tidak mengizinkan pengusaha membangun yang tak sesuai RDTR.  Pasalnya, kata Anang, dampak terbesar pada kerusakan lingkungan yang menyebabkan kerugian bagi masyarakat sendiri.

Bukan hanya bagi Garut, dia menyebut, pemerintah daerah lain juga harus memperhatikan lingkungannya. Ia mencontohkan salah satu yang harus diperhatikan adalah wilayah Bandung Raya. Menurutnya pengembangan pariwisata di kawasan Bandung Selatan dan Bandung Utara juga berpotensi bencana.

"Mungkin sekarang baru Garut dan Sumedang. Jangan sampai di tempat lain. Boleh jadi di Bandung Selatan atau Bandung Utara yang banyak dibangun rumah dibangun cotage," tuturnya.

Sebelumnya, banjir melanda permukiman penduduk dan jalan raya di sejumlah daerah di Kabupaten Garut, Jawa Barat, Selasa (20/9) malam. Banjir terjadi di banyak titik, bahkan hingga merendam rumah sakit.

Korban meninggal dunia disebutkan mencapai 13 orang. Namun, data tersebut masih bersifat sementara dan tidak menutup kemungkinan korban bisa bertambah.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement