REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Menjelang Oktober, curah hujan di Kabupaten Sleman semakin meningkat. Kondisi ini dapat menimbulkan kerawanan bencana di wilayah sekitar, seperti longsor, banjir, dan angin kencang. Masyarakat pun diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan.
Sebagaimana yang terjadi semalam (20/9), hujan deras mengguyur Sleman sampai dini hari (21/9). Hujan disertai petir dan angin kencang tersebut menyebabkan pohon tumbang. Salah satu yang terparah terjadi di Dusun Klangkapan, Desa Margoluwih, Kecamatan Seyegan.
"Ada pohon beringin sempal yang rubuh di Klangkapan, menimpa jaringan kabel listrik dan makam," tutur Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman, Makwan, Rabu (21/9). Beruntungnya tidak ada korban jiwa akibat kejadian tersebut.
Selain terjadi di seluruh wilayah Sleman, hujan menyebar hingga ke Kota yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Makwan mengatakan, akhir-akhir ini memang hujan kerap terjadi. Meskipun saat ini masih musim pancaroba, menurutnya, curah hujan di Sleman sudah mulai meningkat.
Adapun musim penghujan dipresiksi akan berlangsung pada awal Oktober sampai Maret. Mengingat kondisi cuaca yang mulai kembali tak menentu, Makwan mengimbau, agar masyarakat tetap waspada. Pasalnya saat hujan berlangsung, potensi bencana pun meningkat.
Potensi bencana banjir tersebar di Kecamatan Depok, Mlati, dan Ngaglik. Karena daerah tersebut dilewati oleh aliran sungai. Sementara luas ruang terbuka hijau sudah semakin menyempit, karena aktivitas alih fungsi lahan menjadi pemukiman cukup tinggi.
Maka itu, masyarakat di kawasan tersebut diharapkan untuk memperhatikan drainase dan sumur resapan. Jika pada sumur dan saluran air ditemui endapan lumpur, maka harus segera dibersihkan atau digali. Sehingga aliran air bisa berjalan lancar.
Adapun ancaman bencana angin puting beliung dan angin kencang tersebar rata di seluruh 17 kecamatan. Guna mengantisipasi adanya korban, masyarakat diimbau untuk memperhatikan dahan-dahan pohon yang sudah tua dan rawan tumbang. "Kalau ada yang rawan runtuh harus segera ditebang," kata Makwan.
Sementara daerah rawan longsor meliputi Kecamatan Prambanan, Pakem, Seyegan, dan Turi. Pasalnya wilayah tersebut merupakan daerah perbukitan. Oleh karena itu, saat ini masyarakat diminta untuk mengecek kondisi early warning system (EWS) yang terpasang di masing-masing tempat.
"Pastikan EWS berfungsi dengan baik," tutur Makwan. Jika terjadi hujan deras, masyarakat diharuskan waspada terhadap munculnya pergeseran dan retakan-retakan tanah.