Rabu 21 Sep 2016 23:31 WIB

Potret Ulama Belajar, dari Tempuh Ribuan Kilo Hingga tak Tidur Malam

Seorang santri membersihkan koleksi Kitab Kuning di Pondok Pesantren Petuk, Kediri, Jawa Timur.
Foto: Antara/Arief Priyono
Seorang santri membersihkan koleksi Kitab Kuning di Pondok Pesantren Petuk, Kediri, Jawa Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, Melihat fenomena masa kini yang jamak beredar di tengah-tengah umat, terkait gejala instan belajar agama, tentu pemandangan ini sangat kontras dengan geliat mencari ilmu di kalangan generasi salaf.  

Bagi para salaf, jarak tak menjadi rintangan untuk mencari ilmu. Usaha itu tak lain dilakukan untuk menjaga integritas tentang sebuah ilmu yang dipelajari.

Bahkan seringkali ribuan kilo meter pun rela ditempuh. Setidaknya kisah yang diceritakan dari Jabir bin Abdullah menguatkan kisah tersebut. 

Imam Bukhari menyebutkannya di dalam Kitab al-Adab al-Mufrad. Ketika itu, Jabir bin Abdullah mendengar bahwasanya ada satu hadis yang diriwayatkan oleh seorang sahabat yang kala itu, telah berada di Syam, kini adalah Suriah. 

Sementara Jabir sendiri berdomisili di Hijaz, Arab Saudi sekarang. Oleh Jabir, jauhnya jarak antarkedua negara itu pun diabaikannya.

Jabir lalu membeli unta sebagai kendaraan untuk perjalanannya menuju Syam. Waktu tempuh Syam-Hijaz tidak cukup dengan hitungan pekan. 

Selama kurang lebih sebulan, Jabir menghabiskan masanya di perjalanan. Tindakannya tersebut tak lain karena Jabir ingin memastikan tentang keberadaan dan keberanaran hadis tentang gambaran padang mahsyar. 

Selain itu, Jabir merasa khawatir apabila tak segera mungkin mencari tahu hadis itu, maka tidak akan cukup umur. 

Ali bin Al Hasan bin Syaqiq bercerita tengan perjuangannya menimba ilmu pada sang guru, Abdullah bin al-Mubarok. 

Ali mengungkapkan sering kali dirinya tidak tidur di malam hari. Pernah suatu ketika, sang guru mengajaknya bermudzakarah ketika malam di pintu masjid. 

Cuacanya saat itu bahkan sangat tidak bersahabat. Udara dingin menusuk tulang. 

Aktivitas mudzakarah itu dilakukannya sampai waktu fajar tiba. Tepat saat muazin mengumandangkan azan. 

Kegigihan lainnya ditunjukkan oleh Abdurrahman bin Qasim al-Utaqa al- Mishri. 

Salah seorang sahabat Malik dan Laits. Tiap kali menemukan persoalan dan hendak mencari jawabannya dari Malik bin Anas, dirinya mendatangi Malik tiap waktu sahur tiba. 

Agar tak kecolongan, Ibn al-Qasim tiba sebelum waktu sahur. Tak jarang Ibn al-Qasim membawa bantal dan tidur di depan rumah Malik. 

Seringkali karena terlalu lelap tidur, Ibn al-Qasim tidak mengetahui bahwa Malik telah keluar rumah menuju masjid tanpai disadarinya. 

Suatu ketika, kejadian itu terulang sampai pembantu Malik menendangnya dan mengatakan : “ Gurumu telah keluar meningalkan rumah tidak seperti kamu yang tertidur.”     

 

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement