REPUBLIKA.CO.ID, Tiga pekan setelah terjadi bentrokan di perbatasan Iran dan Irak, perang akhirnya pecah di antara kedua negara tersebut pada 22 September 1980. Irak melakukan pengeboman di beberapa pangkalan udara militer Iran, termasuk di Bandara Internasional Teheran.
Ketegangan timbul setelah Irak dianggap melanggar perjanjian perbatasan pada 1975 dengan Iran atas kedaulatan perairan Shatt al-Arab. Ujung selatan sungai adalah bagian dari perbatasan antara kedua negara, yang mengarah ke Teluk dan merupakan jalur suplai penting minyak ke Barat.
Dilansir dari BBC, kapal Irak dan Iran terlibat baku tembak di wilayah yang disengketakan. Irak mengklaim telah menenggelamkan delapan kapal patroli Iran.
Iran melaporkan, pasukan Irak menembaki pangkalan angkatan laut Khorramshahr, 32 kilometer dari Abadan dan juga menembaki kilang minyak terbesar di dunia. Sedangkan pejabat Irak mengatakan, senjata Iran menghancurkan Irak di perairan Shatt al-Arab.
Para diplomat Barat percaya, Presiden Irak Saddam Hussein berusaha mengambil keuntungan dari gejolak pascarevolusi di Iran untuk menguasai perairan Shatt al-Arab dan wilayah lainnya yang diserahkan kepada Iran sebagai bagian dari perjanjian 1975. Sebagai imbalannya, Iran setuju mengakhiri dukungan untuk pemberontak Kurdi di Irak utara.
Presiden Saddam Hussein juga dianggap ingin menghancurkan pemimpin baru Islam di Iran, Ayatollah Khomeini. Iran terpaksa mencari dukungan dari sekutu lamanya, Amerika Serikat.
Selanjutnya: Abraham Lincoln Bebaskan Jutaan Budak Kulit Hitam