REPUBLIKA.CO.ID, SURAKARTA -- Desa tangguh bencana dinilai perlu diperbanyak dan dibentuk di setiap desa di seluruh Kabupaten dan Kota di Jawa Tengah. Kepala Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah, Agus Riyanto mengungkapkan melalui desa tangguh bencana warga dapat menambah pengetahuan tentang antisipasi dan tindakan pertama yang harus dilakukan saat bencana terjadi.
Hal ini diungkapkan Agus mengingat peristiwa bencana alam berupa banjir bandang yang terjadi di Kabupaten Garut, Jawa Barat. “Harus banyak desa tangguh bencana itu sebab jika tidak dimungkinkan untuk relokasi misalnya, warga itu sudah bisa beradaptasi harmosis dan mengantisipasi bencana yang terjadi,” tutur Agus di sela-sela kegiatan seminar nasional pengelolaan DAS untuk mendukung ketahanan air di Hotel Alana pada Kamis (22/9) siang.
Ia mengungkapkan saat ini di Jateng telah terdapat sebanyak 40 desa tangguh bencana. Diharapkan pemerintah daerah membuat desa tangguh bencana terutama desa yang rentan terkena bencana alam.
Sementara itu Kementrian Lingkungan Hidup tengah memprioritaskan untuk melakukan penanganan dan perbaikan terhadap Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo.
Sekretaris Dirjen Pengendalian DAS dan Hutan Lindung KLHK, Murdiyono mengatakan pengelolaan DAS Bengawan Solo tak hanya dengan melakukan penanaman pohon disepanjang aliran sungai. Namun juga berupa pembangunan teknis seperti dam penahan air, sumur resapan di perkotaan, serta pembuatan biopori.
“Yang terbanyak itu di Jawa termasuk Solo itu ada 15 DAS yang diprioritaskan untuk ditangani, tapi tidak semua dibiayai pemerintah melainkan semua pihak,” tutur Murdiyono.