REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Bank Sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (Fed), sempat mewacanakan kenaikan suku bunga beberapa waktu lalu. Namun, rencana tersebut diundur kembali.
Kepala Ekonomi di Region Financial Corp, Birmingham, Alabama, Richard Moody mengatakan tindakan tersebut membuat the Fed semakin kehilangan kredibilitasnya di pasar keuangan. "Ada begitu banyak wacana, kemudian berakhir dengan tidak melakukan apa-apa. Kita berharap the Fed masih mempertahankan kredibilitasnya," kata Moody, dilansir dari Marketwatch, Jumat (23/9).
Gubernur the Fed, Janet Yellen pada Rabu (21/9) memutuskan untuk tetap mempertahankan tingkat suku bunga. Isi pidatonya mengisyaratkan rencana kenaikan tersebut diundur lagi hingga akhir tahun.
Ekonom Goldman Sachs, Zach Pandl juga memperkirakan kenaikan suku bunga akhir tahun ini tak akan terwujud. Pertemuan pada Rabu (21/9) menunjukkan the Fed mengalami dilema kebijakan dan komite lebih fokus pada manajemen risiko.
Kepala Ekonom RBC Capital Market, Tom Porcelli mengatakan wacana kenaikan suku bunga Desember mendatang harus didukung dengan kuatnya pasar tenaga kerja, juga pertumbuhan konsumen. Jika fakta di lapangan demikian, maka secara teoritis kenaikan suku bunga pasti akan terjadi. "Untukmu yang mudah lupa, harap ingat bahwa the Fed mudah sekali berubah," katanya.
The Fed mempertahankan suku bunga untuk pinjaman overnight antarbank di kisaran 0,25 persen hingga 0,50 persen. Angka tersebut masih tetap sama sejak kenaikan tarif pada Desember 2015 yang juga pertama kalinya dilakukan dalam satu dekade terakhir.
The Fed juga memproyeksikan kenaikan suku bunga 2017 dan 2018 masih kurang agresif. Ini membuat mereka memangkas perkiraan suku bunga dari tiga persen menjadi 2,9 persen.