REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejak meraih kemerdekaan dan lepas dari cengkeraman rezim komunis, umat Islam di Tajikistan sudah bisa menjalankan rukun Islam kelima, yakni menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci. Dari 1991 hingga 2010, jumlah umat Islam yang sudah beribadah haji ke Makkah mencapai 110 ribu orang.
(Baca: Gelora Islam di Bumi Tajik)
Selain itu, setiap bulan umat Islam di negeri itu juga bisa menunaikan ibadah umrah. Menurut Kholiqov, pada Musim Haji 2010, sebanyak 5.500 Muslim Tajikistan berkesempatan terbang ke Tanah Suci. Ongkosnya mencapai 3.191 dolar AS. Kholiqov menjelaskan, antusiasme Muslim di Tajikistan untuk pergi haji begitu tinggi.
Guna mendukung kemudahan pelaksanaan ibadah haji bagi Muslim Tajikistan, pihaknya telah menjalin kesepakatan dengan perusahaan maskapai setempat. “Kami telah mencapai kesepakatan dengan perusahaan udara setempat di Tajikistan guna membawa peziarah ke Jeddah,” tambah Kholiqov.
(Baca Juga:Isu Larangan Hijab dan Jenggot Sempat Landa Tajikistan)
Menurut John L Esposito dalam Ensiklopedi Oxford, pada abad ke-19 wilayah Tajikistan sempat terbagi dua antara Kekhanan Bukhara dan Kekhanan Khoqand. Namun, kekuasaan Khoqand tidak bertahan lama karena pada akhir abad ke-19 Rusia menguasai Kekhanan. Agama Islam tiba di Tajikistan pada abad ke-7 M. Islam disebarkan oleh orang-orang dari Tanah Arab. Sejak itu, Islam telah berintegrasi dengan budaya bangsa Tajik, salah satu suku di Asia Tengah.
Bahkan, sejak 875 M, wilayah itu berada dalam kekuasaan sebuah kerajaan Islam bernama Dinasti Samaniyah—berkuasa dari 819-999 M. Kerajaan yang didirikan oleh Saman Khuda itu menjadi pelindung setia arsitektur Islam dan menyebarkan budaya Islam-Persia ke pusat Asia Tengah. Ismail Samani (892– 907 M)—raja Dinasti Samaniyah yang kelima—didaulat sebagai Bapak Tajik, dan berjasa menyebarkan agama Islam di wilayah Asia Tengah.