REPUBLIKA.CO.ID, SURAKARTA -- Pemulung akan dilibatkan dalam pengelolaan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Putri Cempo, Surakarta. PT Citra Metro Jaya Putra sebagai perusahaan pemenang tender dalam pengelolaan TPA Putri Cempo tengah mengkaji agar pemulung yang biasa beraktivitas di TPA tersebut dapat diberdayakan.
Untuk diketahui Pemerintah Kota Surakarta menunjuk PT Citra Metro Jaya Putra untuk melakukan pengelolaan sampah di TPA Putri Cempo, sehingga sampah dapat didaur ulang dan menjadi energi listrik yang dapat bermanfaat untuk warga Surakarta.
Pimpinan konsorsium PT. Citra Metrojaya Putra, Elan Syuherlan mengatakan dengan memberdayakan pemulung dalam pengelolaan sampah dapat ikut membantu meningkatkan kesejahteraan mereka. “Ada program sosial dan manajemen untuk mengelola sampah dengan penanganan dan pemberdayaan pemulung, sebagai sebuah program untuk membuat mereka sejahtera, dan juga warga sekitar TPA lainnya,” tutur Elan kemarin (22/9).
Kendati demikian pihaknya masih melakukan pengkajian akan hal tersebut. Sementara itu ia juga mengatakan selain memberdayakan pemulung, pihaknya masih tetap memperbolehkan warga untuk dapat menggembala ternak-ternaknya di sekitaran TPA Putri Cempo. Kata dia aktifitas menggembala ternak tak akan mengganggu pada pengelolaan sampah.
Saat ini kata dia pihaknya telah bersiap untuk memulai pembangunan infrastruktur pendukung untuk pengelolaan sampah. Dari 17 hektare luas lahan TPA Putri Cempo, pihaknya akan memanfatkan sekitar 5 hektare untuk pembangunan infrastruktur pendukung. ia menargetkan dalam kurun dua tahun infrastruktur tersebut sudah selesai.
Ia mengungkapkan dana untuk pembangunan infrastruktur tersebut mencapai Rp 417 miliar. “Untuk saat ini kami biarkan lahan sisa yang ada, namun kedepannya kami akan melakukan studi dulu untuk bisa memanfaatkannya, mungkin bisa dijadikan seperti ecowisata sampah atau lainnya,” tuturnya.
Sementara itu Asisten Deputi Infrastruktur Pertambangan dan Energi Kementerian Koordinator (Kemenko) Kemaritiman, Yudi Prabangkara berharap proyek pengelolaan sampah bisa segera berjalan.
Sehingga dapat selesai sesuai target yang ditentukan yakni pada 2019. Ia mengatakan pemerintah mendorong adanya pembangkit listrik tenaga sampah di Solo. Jika terlaksana dengan baik, Solo akan menjadi percontohan pembangunan PLTS dengan sejumlah daerah lainnya seperti DKI Jakarta, Kota Tangerang, Kota Bandung, Kota Semarang, Kota Surabaya dan Kota Makassar.
“Kami mengawal pelaksanaan pembangunan PLTS di Kota Solo ini. Bahkan kami siap mendukung dan membantu jika nantinya memang terjadi kendala yang menghambat pembangunan PLTS,” katanya.
Ia berpendapat Pemkot Surakarta bersama investor selaku pengelola sampah harus segera mengawali penyusunan feasibility study (FS) dan detail engineering design (DED). Pemkot Surakarta dapat menunjuk langsung Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) atau menggandeng investor untuk merealisasikan percepatan pembangunan PLTS.
Kata dia pemerintah pusat nantinya dapat memberikan bantuan biaya pengelolaan sampah tersebut. Nantinya energi listrik yang dihasilkan PLTS akan dibeli oleh PT. PLN. “Seribu ton sampah per hari bisa menghasilkan energi listrik 20 megawatt. Kalau memang belum bisa, tidak masalah. Yang terpenting dilaksanakan dulu,” tuturnya.