Jumat 23 Sep 2016 23:26 WIB

Pemprov Jabar dan BNPB Perbaiki DAS Cimanuk

Rep: Kabul Astuti/ Red: Karta Raharja Ucu
Warga berjalan seusai melaksanakan Salat Jumat di Masjid Al Mukmin yang berada di lokasi bencana banjir bandang aliran Sungai Cimanuk, Kampung Cimacan, Tarogong, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Jumat (23/9).
Foto: Antara/Wahyu Putro A
Warga berjalan seusai melaksanakan Salat Jumat di Masjid Al Mukmin yang berada di lokasi bencana banjir bandang aliran Sungai Cimanuk, Kampung Cimacan, Tarogong, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Jumat (23/9).

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Sebanyak 380 rumah di Kab Garut musnah dan rusak parah diterjang banjir bandang pada Selasa (20/9) kemarin. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut DAS Cimanuk sebagai penyebab banjir bandang tersebut.

Tampak di tepi Sungai Cimanuk, Kec Tarogong Kidul, lahan yang semula rumah penduduk rata dengan tanah. Satu-satunya petanda lokasi tersebut pernah menjadi lahan permukiman hanyalah satu dua sisa pondasi rumah. Padahal, bangunan rumah tersebut berada di atas tanggul sungai yang tingginya lebih dari dua meter.

Tak hanya rumah, banjir bandang juga merusak fasilitas sosial berupa RSUD dr Slamet Garut dan Panti Sosial Tresna Werdha Jiwa Baru, Tarogong Kidul, Jawa Barat. Sebanyak 73 lansia diungsikan dari Panti Werdha milik pemerintah provinsi tersebut pada tengah malam ke Kota Bandung.

Wakil Gubernur Deddy Mizwar mengatakan areal DAS Sungai Cimanuk lebih banyak berada di kawasan Perhutani, bukan di tanah rakyat. Pemerintah provinsi sudah melayangkan surat, namun belum ada realisasi. Ke depan, kata Deddy, akan dicarikan solusinya bersama dengan Perhutani.

"Kita sudah kawal tahun 2016 sudah Gubernur Jabar kasih surat ke Perhutani soal masalah kawasan hutan yang harus dipertahankan. Harus sama-sama Perhutani, tinggal nanti bagaimana realisasinya," kata Deddy Mizwar kepada Republika, Kamis (22/9).

Sekretaris RW di Kampung Sindangheula, Sukamantri, Kec Garut Kota, Ateng Suryana, mengungkapkan, air mulai masuk dan menggenangi rumah-rumah penduduk sekitar pukul 23.00 WIB. Kejadian berlangsung sangat cepat. Warga berusaha membantu, namun air sudah lebih dulu memporak porandakan rumah-rumah. Apalagi, kejadian berlangsung tengah malam.

Sebagian warga selamat lantaran berusaha memanjat atap rumah atau pohon tinggi. "Air sudah tinggi hampir menyentuh atap, orang-orang naik ada yang di atas genting, setelah itu datang material menghantam rumah, kebawa hanyut langsung," tutur Ateng.

Ateng mengatakan, warga yang terkena dampak banjir bandang di lingkungannya sebanyak 71 kepala keluarga, dua orang di antaranya meninggal. Sebanyak 11 rumah rusak berat, sedangkan dua rumah lain mengalami kerusakan sedang. Korban ditampung di tempat pengungsian dan rumah-rumah saudara terdekat.

Ateng datang mengantarkan Jaka Maulana, salah satu korban selamat, untuk mendapatkan bantuan kematian dari Kemsos. Jaka yang masih duduk di sekolah menengah ini kehilangan kedua orang tuanya dalam bencana banjir bandang. Rumahnya pun porak poranda disapu banjir bandang.

Kamis (22/9), Menteri Sosiah Khofifah Indar Parawansa menyampaikan bantuan kematian kepada 12 ahli waris korban meninggal yang sudah teridentifikasi. Mensos juga memastikan kecukupan logistik di lokasi pengungsian. Dalam kesempatan ini, ia mengunjungi dua lokasi dapur umum dan rumah sakit umum dr Slamet Garut.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement