Senin 26 Sep 2016 13:45 WIB

Petani Enggan Jual Cengkih karena Harga Turun

Panen Cengkeh
Foto: antara
Panen Cengkeh

REPUBLIKA.CO.ID, BOMABAN -- Harga cengkih yang anjlok hingga Rp 75 ribu per kilogram membuat para petani di dua desa, yaitu Tirongkotua dan Rahadopi Kecamatan Kabaena Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara, enggan untuk menjual cengkihnya.

"Kami tidak akan menjual cengkih hingga harga bisa lebih mahal minimal sama dengan tahun sebelumnya," tutur seorang petani cengkih di Desa Tirongkotua, Lahadi (59 TH) di Bombana, Senin (26/9),

Menurut Lahadi, dengan harga cengkih sebesar Rp 75 ribu, petani sangat rugi sebab telah mengeluarkan banyak biaya hingga musim panen tiba. "Mulai dari pemeliharaan hingga upah pemetik, biayanya cukup tinggi," tutur Lahadi.

Khusus untuk upah pemetik cengkih saja, kata dia, pihaknya harus mengeluarkan dana minimal Rp 10 ribu per liter basah. " Untuk mencapai satu kilogram cengkih kering itu, setara dengan 4 hingga 5 liter cengkih basah," imbuhnya.

Sementara itu, Hj Sarina (45), seorang pedagang pengumpul cengkih di Kabaena, mengaku tahun ini petani cengkih tidak mau menjual hasil panennya. "Kalaupun ada yang menjual hasil panen cengkihnya, itu karena membutuhkan dana praktis untuk membiayai anak-anak mereka yang sekolah baik di jenjang pendidikan dasar maupun yang di perguruan tinggi," kata Rina, sapaan akrabnya.

Menurut Najamuddin (56), yang juga salah seorang pedagang pengumpul cengkih di Desa Rahadopi, harga cengkih anjlok kemungkinan karena merebaknya wacana kenaikan harga rokok yang mencapai Rp 50 ribu per bungkus. "Tahun sebelumnya, petani cengkih masih dapat menikmati hasil panennya sebab harganya mencapai Rp 175ribu hingga Rp 250 ribu per kilogram, tapi kali ini sungguh sangat anjlok seiring adanya wacana kenaikan harga rokok," ungkapnya.

Karena itu, baik petani maupun pedagang pengumpul di Kabaena berharap agar pemerintah mengeluarkan kebijakan yang dapat memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi khususnya di sektor pertanian.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement