REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tepian Laut Kaspia di Pantai Baku, Azerbaijan menjadi saksi bisu masuknya Islam ke negeri ini. Beratus tahun silam, tepatnya pada 1264, Okuma Kanim (adik dari Imam Ali Ibn Musa pada masa pemerintahan Khalifah Harun Ar Rasyid di Baghdad) membangun sebuah masjid kecil di atas sebuah bukit berbatu di bibir pantai ini. Kini, masjid itu masih berdiri, bahkan tampil lebih megah.
Okuma Kanim hijrah ke Azerbaijan dari tempat pe lariannya di Kho rasan, Iran. Setelah berselisih pendapat dengan Harun ar Rasyid, Okuma dan kakaknya, Ali, meninggalkan Baghdad dan menetap di Khora san. Sepeninggal Ali, Okuma melanglang ke Azerbaijan.
Agar tak menarik perhatian masyarakat se kitar, Okuma memutuskan tinggal di sebuah desa bernama Shikhov di tepi Laut Kaspia yang berbatu. Ia hidup sebagai orang suci yang hidup hanya untuk beribadah kepada Allah SWT.
Untuk beribadah, ia membangun masjid kecil yang diberi nama sama seperti nama pengikut setianya, Heybat. Namun, di Azerbaijan, tak lazim memberi nama sebuah bangunan dengan nama depan perempuan. Maka, nama masjid itu ditambah dengan kata “bibi” yang artinya sama dengan arti kata “bibi” dalam bahasa Indonesia. Dengan begitu, nama lengkapnya menjadi Masjid Bibi Heybat.
Beberapa tahun kemudian, saat Okuma wafat, jasadnya dimakam kan di masjid ini. Tak hanya dia, masjid inipun menjadi tempat per istirahatan terakhir sang pengikut setia, Heybat. Ia dimakamkan persis di samping makam Okuma.