Selasa 27 Sep 2016 19:31 WIB

Amr Ibn al-Ash Pimpin Pasukan Islam Taklukan Tripoli

Rep: c38/ Red: Agung Sasongko
peta Tripoli
Foto: remembertheintrepid.blogspot.com
peta Tripoli

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Adalah panglima Amr Ibn al-Ash yang memimpin pasukan Arab menjelajahi Afrika Utara setelah sebelumnya merebut Mesir dari tangan Bizantium. Di bawah perintah Khalifah Umar Ibn al- Khattab di Madinah, pasukan Amr ber hasil menguasai Sirenaika pada 642 M. Tripolitania ditaklukkan pada 647 M. Panglima Uqbah Ibn Nafi kemudian memimpin pasukan Arab untuk menguasai Fezzan pada 663 M.

(Baca: Tripoli, Titik Temu Romawi dan Islam)

Namun, pasukan Arab menghadapi perlawanan sengit bangsa Berber yang membuat invasi Afrika Utara mengalami kemandekan. Menyadari posisi penting Afrika Utara dalam kampanye melawan kekuatan Bizantium, akhirnya pasukan dalam jumlah besar dikerahkan untuk menguasai provinsi Romawi di Tunisia pada 670 M. Uqbah mendirikan Kota Kairouan (al-Qayrawan) sebagai basis militer untuk menguasai Kartago yang dipertahankan Garnisun Bizantium.

Perlawanan Berber sempat membuat pa sukan Arab terpukul mundur dua kali. Na mun, dengan memanfaatkan pasukan Ber ber yang telah masuk Islam untuk ikut berperang, pasukan Arab dengan ke kuatan lebih besar akhirnya bisa me ngua sai Kartago pada 693 M dan ke mudian merangsek ke Maroko pada 710 M. Dua tahun kemudian, Spanyol ba gian selatan atau Andalusia berhasil ditaklukkan sehingga wilayah Maghrib ter masuk Tripolitania dan Sirenaika ber ada di bawah kendali Dinasti Umayyah di Damaskus.

Di Afrika Utara, orang-orang Arab bertindak sebagai penakluk dan juga penyebar agama, namun bukan kolonis. Ar tinya, pasukan Arab melakukan eks pedi si penaklukan tanpa membawa keluar ga. Di sepanjang wilayah yang ditakluk kan, mereka menikahi perempuan se tempat sebagai cara penyebaran budaya Arab dan juga agama Islam. Meskipun suku Berber menolak dominasi politik Arab, namun mereka dengan cepat me rengkuh agama Islam.

Dengan karakteristik mencintai kebe bas an dan taat beragama, orang Berber menjalankan Islam sesuai dengan paham yang mereka yakini, lebih menyukai meng anut sekte sempalan dibanding pa ham Islam seperti yang dibawa orang Arab sebagai bentuk perlawanan dan membedakan diri dari orang Arab.

Salah satunya adalah sekte Kharijit yang muncul di Afrika Utara pada pertengahan abad ke-8 M. Sekte ini meyakini bahwa setiap Muslim bisa menjadi khalifah tan pa memandang ras, kedudukan, atau ada tidaknya keturunan dari Nabi Muhammad. Ini merupakan perlawanan politis atas paham orang Arab saat itu yang memandang kekhalifahan adalah hak dari klan Quraisy.

Paham Kharijit ini terus menggelar per lawanan terhadap kekuasaan Arab dan berperan dalam kekacauan saat Di nas ti Umayyah ditumbangkan oleh Dinasti Abbasiyah pada abad ke-8. Ge rak an Kharijit sempat mendirikan beberapa kerajaan kecil yang hanya berumur pendek, salah satunya didirikan oleh Bani Khattab di Fezzan.

Dinasti Abbasiyah sendiri pernah menunjuk Ibrahim Ibn Aghlab sebagai pemimpin daerah otonom di Afrika Utara yang kemudian mendirikan dinasti sen diri di Kairouan yang menguasai Ifriqiya dan Tripolitania. Pada awal abad ke-9, Dinasti Fatimiyah yang didirikan Sekte Syiah Ismailiyah menginvasi Afrika Uta ra sampai Kairouan. Namun, kekua saan Syiah di Afrika Utara hanya berumur kurang dari 150 tahun. Kekacauan ekonomi membuat keluarga Zirid selaku klan Ber ber beraliran Syiah di Tripolitania akhir nya memutuskan untuk kembali me me luk paham Suni.

Dinasti Fatimiyah menghukum Zirid dengan mengirim kelompok badui Arab Bani Hilal dan Bani Salim. Gerombolan yang lebih dikenal dengan nama Hilalian ini menjarah Tripolitania dan Sirenaika dan menyebabkan kehancuran ekonomi. Jumlah orang Hilalian yang digerakkan ke arah barat Mesir diperkirakan mencapai 200 ribu keluarga. Bani Salim ber henti di Libya sementara Bani Hilal ber hasil mencapai pantai Atlantik di Ma roko dan menggenapi gerakan Arabisasi dengan menerapkan sistem sosial, nilai, dan bahasa Arab.

Sirenaika merupakan contoh suksesnya Arabisasi sehingga dijuluki paling Arab dibandingkan wilayah lain di Dunia Arab, kecuali di pedalaman Saudi Arabia. Penguasa-penguasa Arab lainnya seperti Almurabitun, Almuwahidun, Portugis, Ottoman, dan Italia tinggal me nik mati saja hasil Arabisasi itu.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement