REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Alat berat mulai meruntuhkan bangunan kampung Bukit Duri pada pukul 08.00 WIB. Warga berteriak Allahu Akbar dan mencoba untuk tidak melakukan aksi kekerasan. Warga bernyanyi bersama mengiringi buldozer yang terus melakukan penggusuran tersebut.
"Allahu Akbar," teriak warga, kemudian bernyanyi lagu-lagu perjuangan, Rabu (28/9).
Lagu-lagu tersebut dibawakan oleh warga Bukit Duri yang tergabung dalam Sanggar Ciliwung. Lewat lagu-lagu itu seniman-seniman tersebut seakan pasrah rumahnya digusur.
Warga kampung tetangga pun banyak yang menonton penggusuran yang dilakukan Pemerintah Pemprov DKI Jakarta. Ada 550 personel gabungan yang dikerahkan dalam penggusuran tersebut.
(Lihat juga In Picture: Penggusuran Bukit Duri II: Aksi Warga)
Camat Tebet, Mahludin memaparkan, ada sebanyak 313 warga Bukit Duri yang sudah menempati unit rumah susun (Rusun) di Rawa Bebek, Jakarta Timur. Sementara itu, ada 70 Rusun yang belum diambil oleh warga.
Selain itu, ada sekitar 68 Kepala Keluarga (KK) yang menolak untuk di relokasi dan memilih tetap bertahan. 52
diantaranya punya peta bidang dan 14 lainnya tidak punya peta bidang.
Kawasan yang akan dilakukan penertiban itu terletak RW 09, 10, 11, dan 12 Kelurahan Bukit Duri, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan.
(Baca Juga: Penggusuran Bukit Duri Sarat Pelanggaran dan Intimidasi)
Warga menyaksikan alat berat yang menghancurkan sebuah rumah saat penggusuran di pemukiman proyek normalisasi Sungai Ciliwung, Bukit Duri, Jakarta, Rabu (28/9). (Raisan Al Farisi/Republika)