REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan telah memulai penertiban kawasan Bukit Duri sejak pukul 07.30 WIB, Rabu (28/9). Sejak aparat mulai memasuki kawasan yang akan digusur, puluhan warga Bukit Duri serta mahasiswa Universitas Indonesia melakukan aksi damai menolak penggusuran.
Warga yang berasal dari RW 09, 10, 11, dan 12 berbondong-bondong membawa berbagai spanduk yang salah satunya bertuliskan "Bukit Duri Tumbal Pembangunan Jakarta". Aksi tersebut dibuka oleh tokoh masyarakat Bukit Duri, Sandiawan Sumardi, yang menyatakan tekad warga untuk tidak akan pupus meminta keadilan.
"Kita menyelenggarakan acara Demo Budaya Bukit Duri Tak Jera. Kami tak pernah takut! Kami tak akan berhenti sampai di sini! Yang mempunyai iman akan membongkar hati nurani," teriaknya.
Setelah itu, nyanyian penuh semangat yang diiringi alunan gitar dan tabuhan gendang bergema di mulut gang yang sudah dipenuhi oleh ratusan petugas kepolisian gabungan.
Baca juga, Buldoser Mulai Gusur Rumah Bukit Duri, Warga Teriak Allahu Akbar.
Di atas kendaraan roda tiga, para pengunjuk rasa memimpin nyanyian sambil sesekali mengusap air matanya. Mereka bersama menggunakan kaus putih bertuliskan "Bukit Duri Menggugat".
Di hadapan petugas kepolisian, para pengunjuk rasa bernyanyi sambil diselingi isak tangis. Selama aksi itu berlangsung, tidak ada kekerasan yang terlihat. Situasi terlihat kondusif.
Di antara para warga, hadir ketua Muri Jaya Suprana. Meskipun menggunakan kursi roda, Jaya tetap bersemangat untuk menemani warga yang akan digusur.
Dari pantauan Republika.co.id, aksi itu sudah digelar lebih dari satu jam, tapi para pengunjuk rasa masih semangat menyanyikan lagu bersama-sama sambil mengibarkan spanduk dan bendera merah putih. "Hai kawan-kawan, rombongan datang, robot penggusur, jaga tanahmu, jaga nuranimu! Allahuakbar!" teriak mereka.