Rabu 28 Sep 2016 10:50 WIB

Warga Desak Wali Kota Charlotte Mundur karena Diskriminatif

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Ani Nursalikah
Demonstran memprotes penembakan polisi AS yang berujung pada kematian warga kulit hitam Keith Lamont Scott di Charlotte, Carolina Utara, Kamis, 22 September 2016.
Foto: AP Photo/Gerry Broome
Demonstran memprotes penembakan polisi AS yang berujung pada kematian warga kulit hitam Keith Lamont Scott di Charlotte, Carolina Utara, Kamis, 22 September 2016.

REPUBLIKA.CO.ID, CHARLOTTE -- Puluhan pengunjuk rasa berjuang mempertahankan persamaan ras di Kota Charlotte. Mereka menuntut Wali Kota Charlotte, Jennifer Roberts; Kepala Kepolisian Charlotte-Mecklenburg, Kerr Putney dan anggota dewan kota untuk mengundurkan diri.

Para pejabat kota dianggap tidak bisa melindungi hak warga kulit hitam. Sebelumnya, seorang pria kulit hitam Keith Scott terbunuh oleh polisi yang kemudian insiden itu menimbulkan kerusuhan besar di seluruh kota.

Pengunjuk rasa yang terdiri dari warga dan aktivis ini mengungkapkan tuntutan mereka dalam sebuah pertemuan dengan dewan kota. Mereka mengatakan, saat ini Carolina Utara tengah menghadapi diskriminasi rasial bagi 792.800 penduduknya.

Menurut mereka, pejabat kota harus bertanggung jawab dalam memastikan polisi dapat memperlakukan semua orang dengan adil. Karena para pejabat sekarang telah gagal, para pengunjuk rasa meminta mereka mundur dari jabatannya.

"Jika Anda tidak dapat melakukan pekerjaan Anda, biarkan kami menemukan seseorang yang lebih bisa," kata Darcel Chandler, seorang pengacara.

Kematian Scott, ayah 43 tahun dari tujuh orang anak di Charlotte, dan kematian Terence Crutcher di Oklahoma adalah kasus rasial terbaru di AS. Kasus tersebut menimbulkan pertanyaan tentang persamaan ras dalam penegakan hukum di AS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement