REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA --- PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB) akan mengoperasionalkan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas Rumput Laut (PLTR) pada tahun depan. Saat ini, PJB tengah melakukan riset di lokasi percontohan yakni Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara.
Direktur Utama PT PJB, Iwan Agung Firstantara, mengatakan Indonesia merupakan produsen tertinggi rumput laut. Saat ini, rumput laut baru dikembangkan sebagai bahan makanan, kosmetik, maupun obat. Namun ternyata rumput laut memiliki kandungan metan cukup tinggi yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar.
"Nanti rumput laut yang kami kembangkan khusus untuk pembangkit, diambil metannya, sisanya bisa jadi pupuk," kata Iwan kepada wartawan di kantor pusat PJB, Surabaya, Rabu (28/9).
Iwan menjelaskan, saat ini, negara yang mengembangkan pembangkit listrik menggunakan teknologi dari rumput laut hanya Belanda dan Afrika dalam kapasitas terbatas. Dalam penelitian tersebut PJB melibatkan peneliti dari Belanda, serta peneliti dari Universitas Diponegoro (Undip) dan Universitas Bangka Belitung. PJB telah meneken nota kesepahaman (MoU) dengan Pemda setempat untuk pelaksanaan riset tersebut. Penelitian ini diharapkan selesai dalam delapan sampai 10 bulan. Setelah itu, pembangkit sudah bisa langsung dioperasionalkan.
Untuk riset ini, investasi yang dibutuhkan sekitar Rp 4 miliar - Rp 5 miliar. Dana ini dibagi bersama dengan Belanda. PJB bakal mengucurkan dana sekitar Rp 2 miliar.
"Sekarang sudah mulai untuk risetnya, kami sudah hubungan dengan Pemda di sana diperbolehkan dan memang menjadi salah satu program utamanya di daerah itu," ujarnya.
Melalui penelitian tersebut, akan diketahui jangka waktu pertumbuhan rumput laut serta kebutuhan rumput laut untuk menghasilkan energi dalam jumlah tertentu. Nantinya, rumput laut akan diolah dengan teknologi menjadi gas, kemudian gasnya diolah untuk pembangkit listrik PJB. Penelitian juga terkait pit stop agar konsumsi terhadap bahan bakar rumput laut bisa berlanjut. Serta agar rumput laut bisa berkembang dan berproduksi terus sebanyak 1.000 ton per hektare.
"Sebenarnya kalau itu sudah ada maka teknologi fermentasi untuk menghasilkan gas itu sudah proven ada. Nah pembangkitnya juga sudah siap. Jadi ini kami pit stop-nya yang segera dikembangkan," kata Iwan.
Menurut Iwan, pembangkit listrik ini direncanakan berkapasitas 10 MW dengan produksi rumput laut 1.000 ton per hektare. Kapasitas ini diproyeksikan bisa mengaliri listrik untuk 20 ribu rumah, jika asumsinya tiap rumah memasang listrik berkapasitas 450 watt. "Untuk suatu energi baru terbarukan ini sangat besar," ujarnya.