REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Presiden Afganistan, Ashraf Ghani dan kelompok bersenjata Hezb-i-Islami menandatangani pakta perdamaian pada Kamis (29/9). Kesepakatan ini membawa harapan pada perdamaian menyeluruh di seluruh negeri.
Pemimpin kelompok, Gulbuddin Hekmatyar menandatangani perjanjian secara terpisah. Namun momen tersebut disambungkan melalui video yang terhubung dengan istana kepresidenan Kabul. Upacara ini disiarkan langsung di televisi.
Ini adalah pakta perdamaian pertama yang dirampungkan Pemerintah Afganistan sejak perang 2001. Sehingga komunitas internasional menyambutnya dengan lega. Kesepakatan ini diharapkan jadi jalan menuju kesepakatan-kesepakatan lain dengan kelompok bersenjata lainnya.
Kesepakatan ini juga membuat perdamaian dengan Taliban menjadi mungkin. "Ini adalah peluang bagi Taliban dan kelompok militan lain untuk menunjukan keputusannya," kata Ghan seperti dikutip Aljazirah.
Presiden Afganistan juga telah diminta melobi AS dan PBB untuk mengangkat sanksi internasional atas Hekmatyar. Ia dimasukan ke dalam daftar teroris global oleh Washington karena terkait dengan Alqaidah dan Taliban.
Jika sanksi diangkat, Hekmatyar akan kembali ke Afganistan setelah 20 tahun pengasingan. Ia diyakini berada di Pakistan. Kepala perwakilannya di Kabul, Amin Karim yakin sanksi terhadap bosnya itu akan diangkat dalam beberapa pekan.
Kesepakatan damai yang disahkan itu berisi 25 poin yang memberi Hekmatyar dan pengikutnya kekebalan hukum atas aksi mereka di masa lalu. Mereka juga diberi hak politik penuh oleh pemerintah.
Baca juga, Afghanistan Benarkan Pemimpin Taliban Tewas.
Hekmatyar menyeru agar pemerintah Afghanistan memulai pembicaraan damai dengan Taliban. "Saya menyeru semua pihak untuk mendukung kesepakatan damai ini," kata dia dalam pesannya.
Ia juga menyatakan harapannya agar intervensi asing segera berakhir, pasukan asing ditarik seluruhnya dan kedamaian bisa tercapai.