REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- AMIK BSI Sukabumi menggelar Carnaval BSI 2016, Ahad (25/09/2016). Salah satu rangkaian kegiatan tersebut adalah workshop pembuatan ‘tote bag’ dengan aksara sunda. Kegiatan ini bekerja sama dengan Mojang Jajaka (Moka) Sukabumi 2016 dan Senat Mahasiswa AMIK BSI Sukabumi.
Workshop yang diikuti oleh 200 mahasiswa AMIK BSI Sukabumi tersebut diawali dengan pemaparan materi mengenai bahaya sampah plastik bagi lingkungan. Dilanjutkan dengan pembuatan workshop tote bag dengan aksara sunda, sebagai salah satu solusi mengurangi penggunaan kantong plastik.
Kenapa membuat tas belanja sendiri? Kenapa tidak beli tote bag saja? Hal itu dijawab oleh Siti Kiswah, anggota Paguyuban Moka Kota Sukabumi 2016 yang menggagas kegiatan ini. “Biasanya anak muda kalau tote bag beli dibandingkan buatan sendiri itu beda kasih sayangnya. Mereka lebih greget pakai tote bag produk buatan sendiri. Karena kita yang hias sendiri dan tidak pasaran,” ujar Siti Kiswah.
Selain itu, menurutnya, pembuatan tote bag hasil karya sendiri dengan dihias aksara sunda sekaligus memperkenalkan budaya nasional kepada masyarakat. “Selain peserta belajar menulis dengan aksara Sunda, hasil tote bag yang telah dihias tersebut diharapkan dapat menggantikan penggunaan plastik dengan tas ramah lingkungan,” ungkap Kiswah yang juga Duta HIV/AIDS Kota Sukabumi 2016.
Pengenalan aksara Sunda melalui tas ramah lingkungan merupakan salah satu program kerja Post Moka Activity (PMA) yang diusung Kiswah untuk mendukung program Walikota Sukabumi, yaitu “Sukabumi Bebas Sampah Plastik” yang dicanangkan sejak bulan Maret 2016.
Mahasiswi semester lima AMIK BSI Sukabumi yang juga penerima bepres (beasiswa prestasi) BSI ini berharap Indonesia suatu hari nanti menjadi negara pariwisata bebas sampah plastik yang menjunjung tinggi kebudayaan nasional, untuk Sukabumi khususnya budaya Sunda.
Kepala Kampus AMIK BSI Sukabumi Denny Pribadi menyambut baik dan bangga adanya kegiatan tersebut. “Saya sangat mendukung kegiatan positif ini. Saya bangga dengan apa yang dilakukan anak-anak muda kota Sukabumi. Sebab, mereka memiliki kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan, sekaligus berusaha melestarikan budaya Sunda dengan melukis aksara Sunda pada tas yang akan digunakan sebagai pengganti kantong pelastik,” ungkap Denny Pribadi.