Kamis 29 Sep 2016 23:43 WIB

Tren Penjualan Premium Menurun, Pertamax dan Pertalite Naik

Rep: Frederikus Bata/ Red: Maman Sudiaman
Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro.
Foto: Pertamina
Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tren penjualan bahan bakar minyak (BBM) jenis premium terus menurun dalam tiga bulan terakhir. Sebaliknya, penjualan BBM jenis pertamax dan pertalite mengalami kenaikan.

Menurut data Pertamina, pada Juli 2016, perusahaan tersebut menjual premium sebanyak 64.600 kiloliter (KL) per hari. Pada September, hanya 50.500 kl per hari.Pertamax semula terjual 14.400 kl per hari pada Juli. Belakangan naik menjadi 15.700 kiloliter per hari pada September. Sama halnya dengan Pertalite. 

Pada Juli 2016, pertamina menjual pertalite sebanyak 14.700 kl per hari. Teranyar pada September mengalami kenaikan signifikan. Yakni sebanyak 25.200 kl per hari. "Konsumen carinya pertalite terus, mereka minta kapan pertalite masuk ke kota kita," kata Vice President Corporate Communication PT Pertamina Persero, Wianda Pusponegoro, di Jakarta, Kamis (29/9).

Wianda menegaskan, pihaknya akan terus membangun SPBU pertalite sebagai dampak dari melonjaknya permintaan konsumen. Saat ini sudah ada 4341 SPBU yang ada pertalitenya. "Sekarang SPBU yang ada pertalitenya merambah ke wilayah timur, di Papua, Gorontalo sudah ada," tutur Wianda.

Dari fakta ini, ia berharap pemerintah mulai mengatur peruntukan jenis-jenis BBM sesuai permintaan masyarakat. Pertamina, kata Wianda siap bekerja sama dengan memberikan temuan lapangan kepada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral."Kita kasih data. Kalau boleh pemerintah mulai ancang-ancang, mana BBM yang digemari masyarakat. Jadi harus jelas peruntukkan premium," ujarnya.

Terkait rencana pemerintah menurunkan harga premium Rp 300 per awal Oktober, menurutnya, itu sudah sesuai koridor. Artinya bagian dari evaluasi setiap tiga bulan sekali yang di atur dalam peraturan menteri esdm. Pertamina, menurutnya, mengikuti keputusan yang akan ditetapkan.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement