REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Selama tujuh puluh empat tahun Teater Keliling konsisten berkarya. Kelompok teater yang didirikan sejak 13 Febuari 1974 ini sudah lebih mementaskan 1500 pertunjukan di seluruh provinsi di Indonesia dan dunia.
Pada tahun 2010 Teater Keliling mendapatkan penghargaan dari MURI (Museum Rekor Indonesia) dengan predikat Grup Teater dengan pertunjukan teater modern Indonesia terbanyak. Pada 2015 Yayasan Teater Keliling resmi menjadi wadah yang berlandaskan hukum.
"Kini Teater Keliling akan mulai berkembang mengajak serta instansi pemerintahan, perusahaan, kampus, sekolah SD hingga SMA," kata Dolfry Inda Suri General Manager Teater Keliling, saat berkunjung ke Kantor Republika, Kamis (29/9).
Dolfry mengatakan sampai saat ini banyak sekolah yang melihat seni hanya sebagai hobi. Padahal berkesenian juga membantu siswa dalam meningkat prestasi akademik. Dolfry mencontohkan tujuh puluh persen siswa yang ikut berlatih di Teater Keliling mendapatkan peringkat satu di sekolah mereka.
Menurut Dolfry pengenalan seni sangat sedikit di sekolah terutama sekolah negeri. Siswa hanya mendapatkan satu jam pelajaran seni selama satu minggu. Dolfry mengatakan sebelumnya kebanyak siswa yang ikut dalam Teater Keliling berasal dari SMA dan Mahasiswa.
"Sekarang kan anak-anak lebih cepat tumbuh sekarang kami mencoba SMP juga, anak-anak muda sekarang sudah punya visi, sebenarnya berani punya mimpi yang ingin mereka capai," katanya.
Dengan bermain teater, kata Dolfry, anak-anak akan bermain karakter. Mereka akan mencoba berbagai karakter. Mencari karakter seperti apa yang cocok untuk mereka. Selain itu Teater Keliling, kata Dolfry, bertujuan untuk membawa pesan lingkungan hidup, manusia dan kemanusiaan, sejarah bangsa Indonesia yang semuanya bertujuan membentukan karakter bangsa. Karena itu pengembangkan seni teater Indonesia membutuhkan banyak dukungan.
Dolfry mengatakan saat ini perhatian pemerintah semakin baik. Tapi teater juga membutuhkan dukungan dari swasta. "Seperti musik dan film pun swasta yang bergerak," katanya.
Saat ini jumlah penonton teater semakin sedikit. Karena itu kata Dolfry teater juga harus bisa membaca pasar. Ia mencontohkan dulu banyak penonton teater yang berharap mendapatkan cerita yang dalam dan berat. Karena itu cerita seperti adaptasi lakon William Shakespeare cukup laku. "Tapi sekarang penonton dikasih yang berat pada pegang handphone," katanya.