REPUBLIKA.CO.ID, REMBANG -- Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin berharap, kehadiran lembaga pendidikan di bawah naungan Kementerian Agama, termasuk keberadaan Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) terkhusus STAI Al-Anwar Sarang, bisa berkontribusi dalam menyiapkan generasi yang cerdas spiritual maupun sosial. Harapan ini sejalan dengan salah satu tujuan pembangunan nasional yaitu, mencerdaskan kehidupan bangsa secara intelektual.
Harapan tersebut disampaikan Menteri Lukman saat memberikan sambutan pada acara Stadium General (SG) di Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Anwar, Sarang, Rembang, Jawa Tengah dengan tema 'Islam Santri, Cermin Kebangkitan Bangsa Indonesia', Kamis (29/9).
"Dengan model lembaga pendidikan Islam yang menunjukkan ragam keunikan dan kekhasan, Kemenag terus mempromosikan ke seluruh penjuru dunia. Ini adalah corak pendidikan Islam yang telah diwariskan oleh para ulama dan kyai nusantara yang telah terbukti mengagumkan dunia," kata Menag.
Islam yang dihadirkan, kata Lukman, adalah Islam yang toleran, insklusif, moderat dan rahmatan lil alamiin. Diyakininya, ke depan, cita-cita Indonesia menjadi destinasi studi Islam dunia bukan lagi sekedar mimpi. Apalagi, di tengah-tengah konflik berkepanjangan yang terjadi di beberapa negara yang mayoritas penduduknya muslim saat ini, maka wajah Islam Indonesia menjadi pilihan.
Dengan kesungguhan bersama, kata Lukamn, tiga atau lima tahun ke depan, akan berbondong-bondong mahasiswa belajar Islam di Indonesia termasuk di STAI Al-Anwar. Oleh karena itu, menurut dia, yang terpenting adalah bagaimana setiap lembaga mampu merumuskan Institutional Branding-nya agar senantiasa menjadi trade mark dan public image.
"Peran serta dan kehadiran para ulama di lingkungan pondok pesantren merupakan modal yang tak ternilai bagi pengembangan PTKIS berbasis pondok pesantren," kata Menag.
Selain itu, lanjut Menag, dengan memanfaatkan jaringan alumni yang tersebar di pelbagai tempat dan profesi, akan mewujudkan STAI Al-Anwar menjadi destinasi studi Islam, tinggal menunggu momentum saja. Apalagi, dengan keberadaan KH Maemun Zubair (Mbah Mun) yang hingga saat ini sangat konsern mendapingi, Menag optimis, tidak hanya mahasiswa dari penjuru Nusantara yang akan menimba pengetahuan agama di STAI Al-Anwar, tapi akan hadir pula mahasiswa dari pelbagai mancanegara.
"Sebagai contoh, kunjungan KH Maemun Zubair (Mbah Mun) di pelbagai perguruan tinggi di Maroko beberapa tahun yang lalu, cukup memberi kesan para akademisi di sana bahwa kemampuan Ulama Nusantara tidak kalah memukau dibandingkan ulama mereka," ungkap Menag.
Dari kawah candradimuka yang bernama Al-Anwar ini diharapkan, lahir generasi-generasi muda yang tidak hanya mampu mengaji tetapi juga mampu mengkaji, yang tidak hanya berzikir tetapi juga terus berfikir, yang tidak hanya mampu mengolah jiwa tetapi juga menguasai iptek untuk mengolah data, tidak hanya lembaga pendidikan yang menghasilkan para scholars, tetapi juga akan lahir para inventor, dan kreator. "Di atas semua itu, satu hal yang harus ditegakkan adalah fondasi keagamaan," ucap Menag.
Bahkan, kata Menag, sebagai lembaga yang memiliki konsern tinggi terhadap persoalan spiritualitas dan keagamaan, Al-Anwar tentunya memiliki strategi dan cara tersendiri guna mencetak kader-kader yang taat beragama, berdaya saing dan cinta Tanah Air.
Ketua STAI Al-Anwar Dr KH Abdul Ghofur Maimun mengatakan, STAI Al-Anwar ingin menyinergikan, mengolerasikan, menginterkoneksikan ilmu-ilmu keagamaan khsusunya tasawuf. Kata dia, pada mahasiswa angkatan pertama ini, sebanyak 150 mahasantri, akan menjadi ahli-ahli tasawuf khas Indonesia. "Mereka semua berasal dari anak-anak dari seluruh penjuru Indonesia," ujar Abdul Ghafur.