REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Yayasan Hutan Alam dan Lingkungan Aceh (HAkA) mencatat ribuan hektare hutan di Kawasan Ekosistem Leuser atau KEL di Provinsi Aceh rusak dan beralih fungsi.
"Kami mencatat 4.097 hektare hutan di Kawasan Ekosistem Leuser di Provinsi Aceh berubah fungsi. Dan ini terjadi sepanjang periode Januari hingga Juni 2016," kata GIS Manajer Yayasan HAkA Agung Dwinurcahya di Banda Aceh, Jumat (30/9).
Agung Dwinurcahya mengatakan, luas hutan di Kawasan Ekosistem pada Januari 2016 mencapai 1.820.726 hektare. Namun, luas tersebut berkurang menjadi 1.816.629 hektare pada Juni 2016.
Kawasan Ekosistem Leuser tersebar 13 dari 23 kabupaten/kota di Aceh. Kehilangan atau berubahnya fungsi hutan di Kawasan Ekosistem Leuser yang terluas terjadi di Aceh Timur, mencapai 1.870 hektare dari 236.874 hektare menjadi 235.004 hektare.
Kemudian di Kabupaten Gayo Lues, dari 402.684 hektare menjadi 402.279 hektare atau 405 hektare hilang dan berubah fungsi sepanjang 2016. Begitu juga di Aceh Selatan, kehilangan 378 hektare.
"Serta kabupaten/kota lainnya berkisar antara 12 hingga 286 hektare. Kehilangan hutan di kawasan itu merupakan kerugian bagi Aceh. Apalagi, Kawasan Ekosistem Leuser merupakan kawasan strategis nasional," ungkap Agung.
Menurut Agung , hilang atau berubah fungsinya hutan di Kawasan Ekosistem Leuser terjadi karena pembalakan ilegal, konversi kawanan hutan menjadi perkebunan sawit, termasuk pembukaan ruas jalan. "Kalau semua ini tidak dicegah, maka dikhawatirkan luas hutan di Kawasan Ekosistem Leuser akan terus menyusut. Jika ini terjadi, maka ancaman bencana ekologis akan selalu menghantui Aceh," kata dia.
Selain kehilangan kawasan hutan, Agung Dwinurcahya menyebutkan Yayasan HAkA juga mencatat 187 titik api yang terpantau di Kawasan Ekosistem Leuser sejak Januari hingga Juni 2016.
"Titik api terbanyak terpantau di Aceh Timur, mencapai 56 titik. Kemudian, Gayo Lues 31 titik api. Aceh Selatan 30 titik api. Sedangkan di kabupaten/kota lainnya berkisar antara satu hingga 21 titik," kata Agung.