REPUBLIKA.CO.ID, Maja bukanlah seorang imigran, dia adalah mualaf Hungaria. Namun, diskriminasi terhadap Muslim kian memanas di negara tu jelang referendum mengenai pengungsi, Ahad (2/10). Situasi ini membuat Maja menjadi target kekerasan dari warga sekitar.
"Pernah suatu saat, sepedaku ditabrak oleh sebuah mobil. Pengendara mobil itu kemudian berteriak 'Mengapa kamu tidak kembali saja ke padang gurun!'"
Pekan ini ia diserang di sebuah pom bensin di siang bolong. Dia pun terpaksa meninggalkan jilbabnya di dalam mobil saat bekerja atau saat ia menghadiri pertemuan orang tua di sekolah anaknya.
Mualaf lain, Maria Nagy, yang menjual barang-barang dari Asia bersama suami Pakistannya juga memiliki pengalaman serupa. "Kami merasakan kebencian. Di kereta, pengendali tiket menghinaku sepanjang waktu karena saya mengenakan jilbab. Jika saya pergi ke restoran, orang-orang menatapku," kata perempuan 30 tahun itu.
Referendum yang membuat situasi memanas itu berbicara tentang apakah Hungaria akan turut menetapkan kuota wajib pengungsi yang menjadi perhatian blok Uni Eropa terhadap krisis migran di benua tersebut.
Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban menolak referendum itu dan hampir mendapat kemenangan mutlak. Keputusan Orban menyulut ketegangan dengan mitra Eropa Baratnya. Ia juga telah banyak dikritik atas sikap anti-migrannya.