Jumat 30 Sep 2016 16:34 WIB

3 Masjid Khas Afrika

Rep: Amri Amrullah/ Red: Agung Sasongko
Masjid Sankore di Timbuktu, Mali.
Foto: National Geographic
Masjid Sankore di Timbuktu, Mali.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di masa lalu, para pengelana Muslim mengembara ke berbagai tempat. Salah satunya ke Benua Afrika. Selain berdagang, mereka juga melakukan aktivitas dakwah dalam pengelanaan itu. Di Afrika, mereka berkelana dari Afrika Utara melintasi Sahara, lalu menyusuri pesisir Afrika Timur. Jejak pengelanaan mereka masih bisa disaksikan sampai saat ini. Yaitu, berupa bangunan-bangunan Islam yang indah.

Masjid adalah salah satu bangunan Islam yang banyak ditemui di Afrika. Di Afrika Barat, masjid-masjid tertua cukup banyak ditemukan di Tegadoust dan Koumbi Saleh yang merupakan pusat-pusat perdagangan Kekaisaran Ghana (750-1076) abad ke-10 hingga 11. Hasil penggalian menunjukkan, masjid-masjid pertama di Afrika Barat ini terdiri atas sebuah pekarangan, aula shalat, dan menara yang umumnya berbentuk persegi.

Kemudian, pada 1240 sebuah masjid besar yang terbuat dari bata-lumpur dibangun di Djenne, Mali. Hingga sekarang, masjid ini merupakan salah satu bangunan Islam yang paling khas di Afrika. Selain Masjid Djenne yang kondang itu, masih ada sejumlah bangunan masjid khas Afrika lainnya. oleh karena itu, mari sama-sama kita telusuri.

Masjid Sankore

Ini adalah salah satu dari dua masjid bersejarah di Timbuktu, Mali. Masjid ini dibangun pada awal abad ke-14 di akhir kejayaan Kekaisaran Mali. Meski demikian, bangunan tertua yang masih ada hingga kini dibuat pada 1581. Adalah kepala hakim di Timbuktu, yakni Al-Qadi Aqib ibnu Muhammad ibnu Umar, yang pertama kali memerintahkan pembangunan Masjid Sankore.

Secara arsitektur bangunan masjid ini tergolong unik dan luar biasa, terutama mihrab besarnya yang berbentuk piramida. Keunikan itulah yang membuat Masjid Sankore terkenal di seluruh dunia. Ensiklopedi Seni dan Arsitektur Islam menyebut, masjid ini juga meniru Masjidil Haram, Makkah. Hal ini tampak dari keberadaan halaman yang nyaman di bagian dalam.

Tak sekadar tempat ibadah, masjid ini kemudian menjadi pusat pengajaran ilmu agama. Aktivitas keilmuan inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya Universitas Sankore. Selain aktivitas keilmuan itu, berdirinya Universitas Sankore juga didorong oleh bantuan dana dari seorang wanita setempat yang kaya raya.

Perlahan namun pasti, Universitas Sankore terus berkembang. Lalu, universitas ini menjadi sangat dikenal dan disegani sebagai pusat ilmu terkemuka di dunia Islam pada masa kekuasaan Dinasti Askia (1493-1591).

Masjid Jami’ Chinguetti

Pada jalur kafilah di Sahara Barat, tepatnya di kota oasis Chinguetti  (sekarang di Mauritania), para saudagar Berber atau Arab membangun sebuah masjid jami’. Masjid yang dibangun pada abad ke-13 atau 14 itu memiliki menara persegi, sebuah pekarangan, dan sebuah aula shalat beratap datar dengan tembok dari batu potong dan lempung.

Masjid ini memiliki empat lorong, mihrab, dan mimbar kembar, serta lantai berlapis pasir. Lalu, benteng-benteng di setiap sudut puncak menara dihiasi patung-patung tanah liat berbentuk telur burung unta. Jika dilihat dari sisi barat, patung itu menunjukkan arah kiblat. Lantas, mengapa hiasan itu berbentuk telur burung unta? Konon, daerah itu dulu banyak dihuni burung unta.

Demi melestarikan bangunan Islam ini, beberapa kali dilakukan upaya pemugaran. Salah satunya, pada 1970 yang diprakarsai oleh UNESCO.

Masjid Agung Kilwa Kisiswani

Bangunan berarsitektur Islam juga muncul di sepanjang pesisir Afrika Timur. Selain Masjid Fakhruddin di Mogadishu (sekarang ibu kota Somalia), berdiri pula Masjid Agung di Kilwa Kisiswani, sebuah pulau di kawasan yang kini masuk wilayah Tanzania. 

Dibangun pada abad ke-11, masjid ini memiliki dua aula shalat, yakni di sisi utara yang berukuran lebih kecil dan di sisi selatan yang ukurannya lebih besar. Kedua aula shalat tersebut ditutup atap lengkung dan kubah.

Masjid ini merupakan masjid tertua yang masih bisa disaksikan di pesisir Afrika Timur. Secara arsitektur masjid yang memiliki 16 kubah tersebut juga sangat unik. Kubah terbesarnya dibuat pada abad ke-13. Hingga abad ke-19, kubah itu masih menyandang status sebagai kubah terbesar di Afrika Timur. Masjid ini pun dikenal sebagai salah satu yang pertama kali dibangun tanpa pekarangan (halaman) dalam.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement