REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Pecatur wanita kelas atas dunia mengatakan ia harus memakai jilbab jika ingin mengikuti kejuaraan dunia tahun depan di Teheran, Iran. Kejuaran Dunia Catur Wanita dijadwalkan akan digelar pada Maret 2017.
Namun beberapa Grandmasters telah mengancam akan memboikot turnamen tersebut apabila pecatur wanita dipaksa untuk menyesuaikan diri dengan hukum pakaian di Iran. Sebab negara yang terletak di Timur Tengah itu merupakan negara teokratis yang mengatur bagaimana perempuan berpakaian, berperilaku, dan kemana para perempuan pergi.
Jika seorang wanita ketahuan tidak mengenakan jilbab oleh polisi moral, maka wanita tersebut dapat di denda atau ditangkap. Federasi Catur Dunia (FIDE) telah dikritik karena memutuskan memilih Iran sebagai tuan rumah. Ia juga dituduh gagal untuk membela hak-hak perempuan.
Juara Catur Inggris Nigel Short menulis status di akun Twitter-nya @nigelshortchess. Ia menyatakan FIDE mencemooh undang-undang yang melawan seks dan diskriminasi agama. “Kejuaraan Dunia Catur Wanita diselenggarakan Iran. Perempuan dipaksa untuk memakai jilbab. Mencemooh undang-undang FIDE terhadap melawan seks dan diskriminasi agama,” ujar Short lewat Twitter, dikutip dari Independent, Sabtu (1/10)
Badan Komisi Catur Wanita kemudian membela dan menyerukan peserta untuk menghormati perbedaan budaya.