REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Juara catur dunia asal Amerika Serikat Nazi Paikidze menyatakan rasa frustasinya atas Kejuaraan Dunia Catur Wanita yang digelar di Teheran, Iran. Sebab, Iran mewajibkan para pecatur dunia memakai jilbab jika akan mengikuti Kejuaraan Dunia Catur Wanita.
Paikidze kemudian menulis Twitter untuk Departemen Luar Negeri Amerika Serikat terkait warga Amerika masih menghadapi resiko penangkapan. “Ini (Iran) benar-benar tidak dapat diterima untuk menjadi tuan rumah salah satu turnamen paling penting untuk perempuan. Perempuan (pecatur) dipaksa untuk menutupi (diri) dengan jilbab,” ujar Paikidze, dikutip dari Independent, Sabtu (1/10).
Paikidze mengakui ia memahami dan menghormati perbedaan budaya. Namun jika tidak mau mengenakan jilbab, Paikidze mengatakan, dapat dipenjara dan hak-hak perempuan sangat dibatasi.
Beberapa Grandmasters telah mengancam akan memboikot turnamen, apabila pecatur wanita dipaksa untuk menyesuaikan diri dengan hukum pakaian ketat di Iran. Sebab negara yang terletak di Timur Tengah itu merupakan negara teokratis yang mengatur bagaimana perempuan berpakaian, berperilaku, dan kemana para perempuan pergi.
Jika seorang wanita ketahuan tidak mengenakan jilbab oleh polisi moral, maka wanita tersebut dapat di denda atau ditangkap. Federasi Catur Dunia (FIDE) telah dikritik karena memutuskan memilih Iran sebagai tuan rumah. Ia juga dituduh gagal untuk membela hak-hak perempuan.
Sebelumnya, juara Catur Inggris Nigel Short menulis status di akun Twitternya @nigelshortchess. Ia menyatakan FIDE mencemooh undang-undang yang melawan seks dan diskriminasi agama. “Kejuaraan Dunia Catur Wanita diselenggarakan Iran. Perempuan dipaksa untuk memakai jilbab. Mencemooh undang-undang FIDE terhadap melawan seks dan diskriminasi agama,” ujar Short.