REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pilkada Kota Yogyakarta bagi PDI Perjuangan ditempatkan sebagai ritual kebudayaan untuk memperkuat Jogja sebagai sumber kebudayaan. "Yogyakarta merupakan bauran sempurna sebagai kota revolusi, kota kebudayaan, pendidikan, dan pusat pengembangan kebudayaan Jawa yang mengedepankan nilai-nilai kultural penuh dengan kreativitas, dan daya cipta,” kata Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto di saat menghadiri Rapat Kerja Daerah DPD PDIP Jogjakarta, dalam keterangan pers, Sabtu 92/10).
Untuk diketahui, pasangan Imam Priyono dan Ahmad Fadli adalah calon yang diusung PDIP di pilkada Jogjakarta yang akan digelar Februari tahun depan. “Melihat Yogja haruslah dalam perspektif kebudayaan. Kenyataan Jogja sebagai sumber kebudayaan inilah yang akan diperjuangkan pasangan Imam Priyono dan Ahmad Fadli yang diusung PDI Perjuangan di pilkada Jogjakarta," papar Hasto.
Sekjen PDIP menjelaskan pesan kebudayaan itu secara khusus disampaikan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri ketika memberikan arahan tentang Pilkada Koya Yogyakarta bagi pasangan Imam-Fadli. "Dalam tradisi kebudayaan yang mencerminkan bagaimana Pancasila hidup mengakar dalam keseharian masyarakat Yogja yang dikenal sangat toleran, dan bergotong royong, maka pasangan Imam-Fadli harus mampu menggelorakan Yogja sebagai pusat kebudayaan dan sekaligus kota yang merekam jejak sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa. Bahkan saya sendiri lahir di Yogja, karena itulah kembangkan seluruh perspektif kebudayaan di kota pendidikan tersebut,” pesan Megawati sebagaimana ditirukan oleh Hasto Kristiyanto.
Upaya menjadikan Yogyakarta sebagai sumber kebudayaan harus memperhatikan aspek kontinuitas dan kreativitas budaya. "Yogyakarta harus penuh dengan ruang publik dengan taman-taman kota yang indah, penataan rumah-rumah penduduk dengan keseluruhan nuansa kebudayaan Jawa, ruang ekspresi kebudayaan, dan museum-museum yang mempertemukan gambaran masa lalu, masa kini dan masa depan," jelas Hasto.
Hasto sendiri menegaskan komitmen PDI Perjuangan untuk menjadikan kota Yogja berdiri kokoh menjadi kota yang berkepribadian. "Garis imajiner Gunung Merapi, Tugu, Kraton, dan Laut Selatan dengan nilai sangkan paraning dumadi, kosmologi Jawa empat papat lima pancer dan lain-lain, akan menjadi dasar penataan tata ruang Yogja," ucap Hasto.