REPUBLIKA.CO.ID,PEARL HARBOR -- Menteri Pertahanan negara-negara ASEAN melakukan pertemuan dengan Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS), Ash Carter, di Hawaii, pada Jumat (30/9) waktu setempat. Dalam pertemuan tersebut, negara-negara ASEAN akan mencari solusi praktis untuk meredakan sejumlah insiden di Laut Cina Selatan (LCS).
Menteri Pertahanan Singapura, Ng Eng Hen, menganggap Cina telah menyerang negara yang lebih kecil terkait wilayah sengketa tersebut. Menurutnya, ketegangan yang terjadi antara Cina dengan negara lain belum tentu melibatkan militer masing-masing negara.
Dia mengatakan, angkatan laut memiliki protokol ketika bertemu satu sama lain di laut. Dengan demikian, konfrontasi banyak terjadi juga di antara kapal-kapal nelayan dan kapal sipil lainnya.
Singapura tidak memiliki klaim pulau-pulau yang disengketakan di Laut Cina Selatan. Namun, Ng mengaku negaranya tertarik dengan masalah tersebut karena Laut Cina Selatan merupakan jalur pelayaran utama dan tempat menggantungkan banyak kegiatan ekonomi.
"Singapura tidak memiliki klaim wilayah, minat utama kami adalah, dengan atau tanpa putusan, bagaimana memastikan wilayah ini stabil dan memastikan kita benar-benar memiliki mekanisme untuk mencegah eskalasi apapun," kata Ng seperti ditulis AP.
Cina mengklaim hampir seluruh Laut Cina Selatan sebagai miliknya, karena latar belakang sejarah. Cina bersengketa dengan sejumlah negara ASEAN, seperti Filipina, Vietnam, Malaysia, dan Brunei Darussalam.
Cina baru-baru ini mengembangkan terumbu karang di tujuh pulau dengan pengerjaan reklamasi besar-besaran. Beberapa pulau memiliki landasan yang mampu menampung pesawat militer.
Pada Juli lalu, pengadilan arbitrase internasional memutuskan klaim Cina adalah ilegal. Namun Cina menolak putusan itu dan terus melakukan kegiatannya.
Kepada media, Carter mengatakan, ia dan rekan-rekannya membahas peningkatan koordinasi dan kerja sama militer untuk menjaga kawasan itu. Dia meminta kepada Kepala Angkatan Laut AS dan AS Coast Guard untuk mengadakan pertemuan dengan ASEAN tahun depan dan membahas tentang praktik terbaik bagi keamanan maritim.