REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Politikus sekaligus cendekiawan Muslim Marwah Daud Ibrahim menceritakan awal perkenalannya dengan Kanjeng Dimas Taat Pribadi. Perkenalan mereka bermula sekitar tahun 2011-2012 yang dijembatani oleh salah seorang rekan Marwah.
Waktu itu, Marwah mempunyai program Agropolitian, yakni membangun kota petani dengan banyak berkeliling Indonesia. Lewat program tersebut, mantan anggota DPR ini membawa banyak bibit-bibit unggul dari Jawa Timur untuk ditanam di Sumatra dan Kalimantan.
Salah seorang rekannya merasa prihatin terhadap kondisi Marwah yang bekerja keras sendirian agar program tersebut dapat berjalan. Berbagai presentasi telah ia lakukan di depan para pejabat namun kebanyakan susah diajak bekerja sama. Sang teman pun menyarankan agar Marwah bertemu dengan Kanjeng Dimas.
"Kalau nanti bergabung dengan Kanjeng, dia (teman Marwah) bilang programnya bisa dikembangkan menjadi unggulan daerah" ujar Marwah kepada Republika.co.id, Ahad (2/10).
Pasalnya selama ini, Indonesia terkenal kaya akan cokelat dan kelapa, namun tidak mampu mengelolanya dengan baik. Setelah mendapat masukan dari sang teman, Marwah pun penasaran. Bujukan dari teman tersebut pun membuatnya tergiur mengingat selama ini Marwah kesulitan menjalankan programnya.
"Saya bertanya, apa iya sehebat itu? Setelah diajak dengan cara begitu, saya pikir boleh juga," kata Marwah.
Awalnya, Marwah hanya melihat Kanjeng Dimas dari beberapa foto. Di foto tersebut ada tiga atau empat kotak uang yang dikelilingi polisi bersenjata. Awalnya, Marwah tidak percaya bahwa Kanjeng Dimas bisa menggandakan uang.
Untuk membuktikannya, dia dan temannya pergi ke Padepokan Kanjeng Dimas di Probolinggo, Jawa Timur. Namun Marwah tidak langsung bisa bertemu Kanjeng Dimas karena pria tersebut sedang ke luar kota.
Barulah saat kunjungan berikutnya, dia bisa bertemu Kanjeng Dimas. Sosok Kanjeng Dimas sungguh di luar perkiraan Marwah. "Saya pikir orangnya tua, ternyata masih 40-an tahun. Orangnya suaranya biasa, sopan, malah minta maaf ke saya," ujar Marwah.
Kanjeng Dimas seringkali menekankan pada Marwah bahwa dirinya bukanlah wali. Dia hanyalah murid yang berguru pada seorang wali. Kanjeng Dimas juga mengatakan pada Marwah bahwa kemampuan menggandakan uang adalah keutamaan dari Allah SWT.
"Dia bilang, 'saya hanya murid dari wali, dan ini terjadi atas izin Allah'. Tiba-tiba duit segepok keluar dari tangannya. Saya kaget melihat kemampuan seperti itu," kata Marwah mengenang pertemuan pertamanya dengan Kanjeng Dimas.
Sejak pertemuan tersebut, Marwah sempat bercerita kepada beberapa rekannya. "Saya dikafirkan, disyirik-syirikan," kata dia.