REPUBLIKA.CO.ID, SURAKARTA -- Ribuan warga antusias mengikuti kirab 1 Suro yang digelar oleh Keraton Kasunanan Surakarta pada Ahad (2/10), dini hari. Kirab tahunan itu dilaksanakan untuk memperingati tahun baru Islam 1 Muharram 1438 Hijriyah.
Kirab dimulai dari Keraton Surakarta pada pukul 12 malam. Prosesi kirab diawali sesaat setelah abdi dalem keraton memberikan sesajen kepada sejumlah hewan kerbau atau dikenal dengan Kebo bule alias Ki Selamet. Kebo bule kemudian diarak keliling kota Solo diiringi oleh prajurit, abdi dalem dan keluarga Keraton Kasunanan Surakarta. Tak hanya itu, sejumlah pusaka pun ikut di arak dalam prosesi kirab.
Sementara, warga yang mengikuti rangkaian kirab bukan saja berasal dari Surakarta. Banyak warga dari daerah lainnya seperti Karanganyar, Sukoharjo, Klaten, Boyolali, Sragen hingga beberapa warga dari Jawa Timur seperti Purwodadi, dan Gresik dan lainnya. Mereka begitu antusias mengikuti rangkaian kirab 1 Suro.
Misalnya saja Muhlur Ikhsan (48 tahun). Warga Purwodadi, Jawa Timur itu sampai rela menginap di halaman Keraton Surakarta sejak Sabtu (1/10) hanya untuk menanti kirab 1 Suro. “Saya datang ke Solo dari kemarin, menginap di Keraton saja, ingin dapat berkah 1 Suro,” kata Muhlur.
Tiap tahun ia memang rutin mengikuti kirab 1 Suro di Keraton Surakarta. Ia meyakini dengan mengikuti prosesi kirab mendatangkan keberkahan tersendiri baginya. Uniknya, Muhlur juga menjadi salah satu warga yang berebut daun janur serta kotoran kerbau. Kata dia, dua hal tersebut diyakininya dapat menyuburkan tanaman dan mengobati penyakit kulit.
“Semua untuk dibawa pulang, sebagian nanti untuk di tebarkan di sawah agar tanah subur. Dan untuk obat juga,” kata dia.
Senada juga diungkapkan Sumiyati (50). Ia bersama tetangganya datang dari Sukoharjo untuk menyaksikan arak-arakan kebo bule. Menurutnya, dengan melihat kebo bule serta medapatkan sisa makanannya dapat mendatangkan keberkahan tersendiri.
Kirab 1 Suro juga menyita perhatian warga negara asing, seperti Morteen (42). Pria berkebangsaan Norwegia itu mengaku sangat tertarik dengan kultur dan budaya di Indonesia, khususnya di Solo. Morrteen mengaku telah dua kali mengikuti kirab 1 Suro. Terlebih ia menjadi tamu kehormatan keluarga besar Keraton.
“Saya suka dengan perayaan Suro, sangat meriah. Ada nuansa mistis, tentu ya. Saya melihat keris, tombak, juga kerbau dibawa berkeliling kota,” tuturnya.
Sementara itu, Kanjeng Pangeran Aryi, Winarno Kusumo menjelaskan, kirab dengan membawa kerbau sebagai simbol agar rakyat kecil dapat bekerja keras untuk mencapai kesejahteraan. Selain itu, kata dia, kirab juga bertujuan agar terciptanya ketentraman dan kedamaian di Indonesia. “Kami memohon pada yang Maha Kuasa meminta ketenteraman negara, meminta sehat penduduknya,” katanya.