REPUBLIKA.CO.ID, BONDOWOSO -- Asosiasi Petani Kopi Indonesia (APKI) menyatakan bahwa ekspor kopi arabika di Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, tahun ini mencapai 1.600 ton. Angka itu sudah melebihi dari target tahun ini sebanyak 1.000 ton.
"Oleh karena itu, kami menekankan kepada seluruh petani kopi di Bondowoso agar tetap menjaga kualitas kopi arabika kendati pada tahun ini produksinya terus bertambah dan melebihi dari target," kata Ketua Umum Asosiasi Petani Kopi Indonesia (APKI) Sumarhum di Bondowoso, Senin (3/10).
Ia menyebutkan pada 2014 petani kopi arabika Bondowoso mengekspor sebanyak 529 ton. Pada tahun berikutnya, 2015, meningkat menjadi sekitar 800 ton serta pada tahun ini mencapai 1.600 ton atau lebih 600 ton dari target 2016 1.000 ton kopi arabika.
Kopi arabika milik petani kopi yang berada di Lereng Gunung Ijen dan Gunung Raung, Kecamatan Sempol tersebut, katanya, sejauh ini di ekspor ke sejumlah negara di Eropa. Di antaranya Swiss, Amerika, dan Inggris, serta sejumlah negara Eropa lainnya. "Selain ekspor kopi arabika ke Eropa, kopi yang memiliki rasa yang khas Bondowoso juga di ekspor ke sejumlah negara di Asia, yakni Singapura, Malaysia, dan bahwa Korea dan Taiwan juga sudah mulai berminat membeli kopi yang dikenal dengan kopi arabika 'Java Ijen-Raung'," ucapnya.
Harga kopi arabika, Sumarhum mengatakan saat ini juga sudah mulai naik seiring dengan makin meningkatnya permintaan dan melebihi dari produksi kopi. Seperti kopi gelondong basah yang biasanya Rp 7.500 harga di pasaran sekarang naik jadi Rp 9.500,00 per kilogram.
"Kalau harga grean bean pada great dua itu antara Rp 70 ribu sampai Rp 75 ribu per kilogram. Sedangkan kopi jenis blue mountain harganya Rp 100 ribu hingga Rp 125 ribu per kilogram," katanya.
Ia menambahkan bahwa luas lahan tanaman kopi arabika di Kota Tapai itu setiap tahun terus bertambah. Hingga tahun ini, luas lahan sudah mencapai sekitar 14 ribu hekatre yang hidup di bawah tegakan.