REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang balita dibunuh dan dimutilasi ibu kandungnya di Cengkareng, Jakarta Barat. Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Asrorun Niam Sholeh menilai, kasus ini membuktikan pentingnya pendidikan pranikah bagi calon orang tua.
Menurutnya, melangsungkan pernikahan tak hanya cukup dengan siap finansial. Tapi yang jauh lebih penting, kata dia, adalah kesiapan menjadi orang tua yang mempunyai tanggung jawab khusus terkait pengasuhan dan pendidikan anak. Hal itu bisa diberikan sebelum menikah.
"Makanya ada pendidikan pranikah itu tidak hanya kesiapan fisik dan usia semata, akan tetapi juga kesadaran tanggung jawab pascapernikahan," kata Asrorun di Jakarta, Senin (3/10).
Asrorun mengatakan, KPAI sudah memberi rekomendasi terkait mekanisme pencegahan terjadinya penelantaran dan kekerasan terhadap anak ketika kasus serupa pernah terjadi beberapa waktu lalu. Rekomendasi itu yakni dengan menguatkan lembaga pernikahan dan juga lembaga keluarga.
Menurutnya, membangun ksadaran-kesadaran dan juga prasyarat-prasyarat sebelum masuk ke dalam jengjang pernikahan penting dilakukan. "Di situlah konsep ketahanan keluarga menjadi begitu sangat penting," ujar dia.
Seperti diketahui, seorang ibu bernama Mutmainah (28 tahun) tega memutilasi anaknya sendiri yang baru berusia satu tahun. Arjuna, korban mutilasi itu ditemukan meninggal secara memilukan. Korban ditemukan di rumahnya di Jalan Jaya 24 RT 04 RW 10, Cengkareng Barat, Jakarta Barat, Ahad (2/10) sekitar pukul 20.00 WIB.