Selasa 04 Oct 2016 12:32 WIB

Cerita Abdullah, Pelukis Muslim di Australia

Pelukis Australia, Abdul Abdullah
Foto: abc news
Pelukis Australia, Abdul Abdullah

REPUBLIKA.CO.ID, Seniman berbasis di Sydney, Abdul Abdullah berkat pengalaman pribadinya sangat memahami bagaimana rasanya dihakimi karena nama atau agama. Warga Australia generasi ke-7 ini pernah berkali-kali menerima tanggapan kasar atas karyanya yang membahas tentang pengalaman Muslim muda Australia.

Abdul, finalis penghargaan bergengsi tahunan untuk karya lukis potret Archibald Price tahun 2016 dengan melukis warga Muslim komentator media, Waleed Aly dan juga olahragawan Anthony Mundine. Berikut petikan wawancara ABC News dengan Abdul Abdullah;

Ketika masih kecil, apa yang menjadi cita-cita Anda? 

Saya ingin menjadi pengacara. Sebagai remaja saya berharap dapat menjadi wartawan dan mengikuti jejak John Pilger.

Orang mungkin akan terkejut mengetahui anda sebenarnya adalah warga Australia generasi ke-7 dan keluarga anda memiliki akar Australia dan Malaysia. Bagaimana anda menggambarkan masa kecil anda?

Saya tumbuh besar sebagai anak bungsu dari 4 anak. Ibu saya adalah warga Malaysia dan saya dibesarkan beragama Islam, tapi ayah saya masuk Islam pada tahun 1971.

Ketika kecil, ayah saya merupakan sekretaris Dewan Federasi Islam Australia.

Orang tua saya sangat konservatif, tetapi mereka memupuk rasa ingin tahu kreatif pada semua anak-anak mereka dan mendorong kami untuk menekuni dunia seni.

Kakak tertua saya mengelola departemen seni di Layanan Pemasyarakatan di Australia Barat dan saudara saya yang lainnya juga seorang seniman profesional. Adikku sekarang memiliki sasana tinju.

Anda sebelumnya pernah mengatakan kalau 'agama dan identitas budaya anda telah dipolitisasi’ apa artinya pernyataan tersebut?

Saya merasa selepas peristiwa 11 September 2001, umat Muslim menjadi ‘orang jahat’ bagi hampir sebagian besar masyarakat Australia. Agama saya dan identitas kebudayaan saya sekarang menjadi titik perbedaan. Saya sekarang dianggap sebagai ancaman."

Saya adalah orang yang selalu berpikiran politis, dan membuat karya bernuansa politis ternyata selalu menjadi keinginan terbesar saya, tapi proses ini semakin dipercepat sebagai tanggapan atas peristiwa kerusuhan di Cronulla pada tahun 2005 di Sydney dan surat elektronik bernada kebencian yang saya terima setelah melukis Waleed Aly [komentator social Australia dan tokoh media) pada Penghargaan Archibald Prize tahun 2011.

Apa hal yang mempengaruhi praktik seni Anda?

Saya terpengaruh oleh diskusi politik yang sedang berlangsung di Australia yang telah menciptakan lingkungan di mana pidato yang diterima terkait dengan warga Muslim dan kelompok minoritas lainnya telah bergeser dengan cara yang tidak menguntungkan.

Saya merasa sepertinya saya adalah bagian dari, dan memiliki kewajiban terhadap komunitas yang tengah dikepung dan menderita semua pesakitan, kekerasan dan gejala kecemasan karena menjadi kelompok yang terpinggirkan, difitnah dan dikambinghitamkan."

Anda telah melakukan pameran internasional – termasuk pameran tunggal di New York dan London — dan anda selalu menerima email bernada kebencian atas karya anda. Bisakah anda ceritakan mengenai beragamnya tanggapan atas karya lukis anda?

Kritik yang saya terima jarang mengenai karya-karya yang saya buat. Utamanya kritik itu diarahkan pada apa pendapat orang mengenai nama saya dan identitas agama yang saya wakili, Sulit sekali menanggapi pesan semacam ini karena pesan itu dibentuk dari asumsi yang tidak akurat tentang siapa saya, apa yang saya lakukan dan apa yang saya pikirkan. Bagi orang-orang semacam ini mereka benar-benar tidak peduli apa kenyataan yang sebenarnya, karena bagi mereka Saya mewakili ancaman nyata.

Anda sebelumnya pernah melukis potret diri Anthony Mundine [olahragawan muslim Australia] dan Waleed Aly. Dalam cara apa proses pembuatan dua lukisan sosok pria berpengaruh ini membentuk pikiran anda mengenai identitas warga muslim Australia?

Anthony Mundine dan Waleed Aly memiliki karakter yang sangat berbeda. Membaca buku Waleed Aly People Like Us sungguh membantu saya memahami siapa saya sebenarnya dan dimana saya merasa diterima, Kedua pria istimea ini merupakan contoh yang baik mengenai betapa beragamnya riasan dan opini mengenai bagaimana sesungguhnya komunitas muslim itu.

Anda melukis potret Craig Campbell, seorang sersan polisi yang menggunakan tongkat polisinya untuk membela dua orang pria yang dikeroyok dalam peristiwa kerusuhan ras di Cronulla Sydney. Potret ini menjadi finalis Archibald Prize tahun 2016. Mengapa kisahnya beresonansi bagi anda?

Saya tidak pernah punya pengalaman positf dengan polisi, tapi saya mengagumi Craig Campbell sejak saya melihatnya di siaran yang meliput peristiwa kerusunan di Cronulla tahun 2005. Bagi saya, dia adalah seseorang yang hebat dan melampaui panggilan tugasnya untuk melakukan hal yang benar - ketika begitu banyak orang melakukan hal yang salah. Dia merelakan dirinya dalam resiko dan ia menyelamatkan nyawa dua orang yang dipukuli di kereta api.

Awal tahun ini, saya membaca sebuah artikel tentang bagaimana kondisi Craig yang mengalami masa-masa sulit sejak kerusuhan tersebut. Ia menderita gangguan stres pasca-trauma, dan batal menerima medali keberanian yang awalnya akan diberikan kepadanya. Saya pikir saya bisa berkontribusi positif terhadap ceritanya dan merayakan apa yang dia lakukan dengan melukisnya untuk Prize Archibald."

Bayangkan anda berkesempatan menjadi tuan rumah dari sebuah acara barbekyu – dimana saja di Australia. Jika anda bisa mengundang 3 warga Australia (masih hidup atau sudah meninggal dunia) – siapakah tamu yang akan anda undang itu?

Paul Keating [mantan Perdana Menteri Australia], Gary Foley [aktivis warga pribumi Australia, seniman dan akademisi] dan Malcolm Turnbull [Perdana Menteri Australia saat ini] — dan saya tidak akan mengucapkan sepatah kata. Saya hanya akan duduk diam disana dan mendengarkan mereka.

Apa nasihat Anda terhadap diri Anda yang berusia 15 tahun?

Berinvestasilah di perusahaan Apple. (tertawa). Saya tidak tahu apa nasehat yang bisa saya berikan kepada diri saya yang berusia 15 tahun. Saya tidak ingin diri saya tidak membuat kesalahan seperti yang saya lakukan. Semua kesalahan itu akan membentuk diri saya dan bermanfaat dalam jangka panjang.

Mungkin – jadilah orang yang pemberani, tidak ada yang benar-benar peduli pada apa yang Anda lakukan, dan jangan malu tentang apa pun.

Potret Craig Campbell karya Abdul Abdullah sedang dipamerkan di Archibald Prize yang diselenggarakan di Art Gallery New South Wales hingga tanggal 9 Oktober 2016.

 

 

 

 

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/sosok/profil-pelukis-abdul-abdullah/7899590
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement