Rabu 05 Oct 2016 05:32 WIB

Padepokan Dimas Kanjeng di Samarinda Masih Aktif

Tersangka Dimas Kanjeng Taat Pribadi digiring petugas usai melakukan rekontruksi di padepokannya Desa Wangkal, Gading, Probolinggo, Jawa Timur, Senin (3/10).
Foto: Antara/Umarul Faruq
Tersangka Dimas Kanjeng Taat Pribadi digiring petugas usai melakukan rekontruksi di padepokannya Desa Wangkal, Gading, Probolinggo, Jawa Timur, Senin (3/10).

REPUBLIKA.CO.ID, SAMARINDA -- Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi yang terletak di Jalan IR Sutami Gang Pusaka, Kota Samarinda, Kalimantan Timur hingga saat ini masih aktif.

Aktifitas pengajian di padepokan yang bernama Yayasan Padepokan Dimas Kanjeng Majelis Ta'lim Daarul Ukhwah, setiap Selasa malam masih tetap berjalan seperti biasa.

"Bahkan, Selasa pekan lalu, masih banyak jamaah yang terlihat menghadiri pengajian," kata Ketua RT 22, Kelurahan Karang Asam Ulu, Kecamatan Sungai Kunjang, Neneng, Selasa.

Dari pantauan pada Selasa sore, pada gerbang pintu pagar terlihat plang nama bertuliskan Yayasan Padepokan Dimas Kanjeng Majelis Ta'lim Daarul Ukhwah. Di padepokan yang terletak persis di depan rumah Ketua RT 22 tersebut terlihat lengang. Hanya ada beberapa penjaga dan dua buah motor terlihat parkir di halaman padepokan yang disebut sebagai milik Sumaryono yang telah dikukuhkan oleh Dimas Kanjeng Taat Pribadi sebagai Sultan Agung Ustad Sumaryono, pada November 2015.

Pada papan nama di pintu gerbang padepokan tersebut, tulisan YPDK (Yayasan Padepokan Dimas Kanjeng) sudah hilang dan terlihat hanya bekas seperti usai dikeruk, tetapi hurufnya masih sangat jelas terlihat.

"Tulisan YPDK itu kemarin (Senin) masih terlihat jelas. Jadi, kemungkinan huruf tersebut dikeruk tadi pagi," tutur Neneng.

Aktifitas di Padepokan Dimas Kanjeng Majelis Ta'lim Daarul Ukhwah, lanjut Neneng, sudah mulai berlangsung sejak 2011. Kegiatan di padepokan itu sempat mendapat protes warga sekitar karena dinilai mengganggu.

"Sejauh ini, tidak ada warga saya yang ikut di padepokan itu. Bahkan, banyak warga mengeluh dengan kegiatan mereka yang menggunakan pengeras suara sehingga warga merasa terganggu," ucapnya.

Kegiatan mereka biasanya mulai berlangsung setelah Shalat Isya hingga pukul 24. 00 Wita," katanya, sambil memperlihatkan tanda tangan surat keberatan 120 warga sekitar, terkait aktifitas padepokan tersebut.

"Tetapi, setelah berita penangkapan Dimas Kanjeng Taat Pribadi muncul di media, aktifitas mereka mulai berkurang dan biasanya hanya sampai pukul 22.00 atau 23.00 Wita. Bahkan, foto Dimas Kanjeng Taat Pribadi yang sempat terpampang di pagar padepokan tersebut, sudah dilepas," tutur Neneng.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement