REPUBLIKA.CO.ID, CHIBA -- Komunitas Muslim Indonesia di Chiba, Jepang, manangis terharu pascahasil penggalangan dana mereka berhasil melunasi harga sebuah masjid. Masjid yang selama bertahan-tahun hanya disewa sebagai tempat ibadah kini resmi menjadi masjid milik muslim Indonesia di Chiba.
Anggota Chiba Islamic Culture Centre (CICC) Dian Mertani mengatakan dana yang terkumpul melalui situs kitabisa.com mencapai Rp 3,1 miliar dari 7.300 donatur. Keajaiban Allah dana tersebut terkumpul tepat sehari sebelum batas waktu pelunasan yang diberikan pihak gedung.
"Awalnya, jika tidak dilunasi maka DP yang sudah dibayarkan akan hangus, alhamdulillah akhirnya bisa lunas. Terima kasih dan kami juga menangis bahkan sujud syukur saat mendengar kabar gembira ini," ujar Dian saat berbagi cerita melalui siaran pers di Jakarta (4/10).
Dian juga bercerita masjid tersebut nantinya bukan saja akan dinikmati anggota CICC, namun juga akan dinikmati umat muslim lainnya. Seperti dari negara tetangga Malaysia, Bangladesh, Pakistan, Ughyur, dan Arab Saudi. "Mayoritas di antara mereka adalah mahasiswa S1 sampai S3, kemudian ada juga karyawan dan ibu rumah tangga," terang Dian.
Dia juga bercerita betapa memiliki masjid sendiri di negara lain adalah menyimpan rasa haru tersendiri. Mereka yang sebelumnya harus menyewa selama bertahun-tahun mulai saat ini bebas menggunakan masjid tersebut.
Selain melakukan penggalangan dana melalui situs kitabisa.com ternyata teman-teman CICC juga menyebarkan poster dan berkeliling membawa kotak donasi. "Bahkan kita juga mendapatkan pinjaman dari berapa dermawan dan terkumpul Rp 6,6 miliar," ujarnya.
Ditambahkan Alfatih Timur, penggalangan dana yang juga di post pada Facebook telah menjadi viral. Dirinya juga tidak menyangka penggalangan dana tersebut mendapatkan sambutan baik oleh puluhan ribu netizen.
"Postingan ini telah menjangkau jutaan audience yang akhirnya menjadi donatur. Selain memecahkan rekor sebagai campaign terbesar di website Kitabisa, kami juga sangat terharu karena ini adalah gotong royong manusia dari lintas suku, ras, negara hingga agama,” ujar Alfatih menerangkan.