REPUBLIKA.CO.ID, VIRGINIA -- Calon Wakil Presiden (cawapres) dari Partai Republik, Tim Kaine, akhirnya bertemu dengan rivalnya dari Partai Demokrat, Mike Pence. Mereka berdua tampil dalam debat cawapres AS yang diselenggarakan di Universitas Longwood, Virginia, Selasa (5/10).
Dalam debat, Pence yang merupakan mantan Gubernur Indiana, memberikan pernyataan pembelaan terkait isu praktik pajak Donald Trump. Pence sendiri bulan lalu telah memberikan laporan pajaknya untuk kurun waktu 10 tahun terakhir.
Isu pajak Trump mulai menjadi perhatian publik setelah New York Times mengungkap Trump telah merugi hampir 1 miliar dolar AS atau Rp 13 triliun sejak 1995. Secara hukum, Trump telah menghindari membayar pajak penghasilan hingga 18 tahun.
Selain masalah pajak, Pence juga dihadapi dengan pertanyaan mengenai yayasan amal Trump dan perilaku buruk Trump terhadap wanita. Lebih dari itu, kebijakan Pence saat menjadi Gubernur di Indiana juga dipertanyakan.
Kebijakannya memicu kontroversi setelah menandatangani RUU menjadi UU yang mengizinkan perusahaan menolak pelayanan bagi penganut agama dan keyakinan tertentu. Ia juga menandatangani hukum aborsi ketat di negara bagian itu, sehingga Indiana menjadi salah satu dari dua negara bagian yang melarang wanita melakukan aborsi.
Sementara Kaine, Senator Virginia, juga menyatakan pembelaan terhadap Hillary Clinton atas masalah penggunaan email pribadi selama menjabat sebagai Menteri Luar Negeri AS. Ia juga membela kasus yang menjerat Yayasan Clinton.
Kaine kemungkinan akan banyak mendapat serangan dari lawannya. Mengingat ia merupakan sosok yang mendukung aborsi dan hukuman mati.
Secara historis, debat cawapres lebih sedikit menyedot perhatian dibandingkan dengan debat capres. Jumlah penonton yang menyaksikan juga lebih kecil secara signifikan.
Perdebatan dipandu oleh Elaine Quijano, pembawa berita stasiun TV CBS dan berlangsung 90 menit. Tersedia sembilan segmen yang masing-masing akan fokus pada satu topik.