REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lingkaran Survei Indonesia (LSI) pada Selasa (4/10) kemarin, merilis hasil survei yang menunjukkan adanya penurunan elektabilitas pejawat Basuki T Purnama (Ahok) di Pilgub DKI 2017. Hari ini, lembaga riset lainnya, Media Survei Nasional (Median), juga menerbitkan hasil penelitian yang sama.
"Survei yang kami lakukan secara berkala menunjukkan adanya konsistensi penurunan suara Ahok," kata peneliti senior Median, Rico Marbun, kepada wartawan di Jakarta, Rabu (5/10).
Berdasarkan sejumlah hasil survei Median, kata Rico, elektabilitas Ahok pada Desember 2015 masih berada pada angka 50 persen. Dua bulan berselang, angka tersebut turun menjadi 46 persen. Selanjutnya, pada April 2016, elektabilitas Ahok kembali anjlok di posisi 38,9 persen.
"Sementara, menurut survei terakhir kami pada September lalu, elektabilitas Ahok kini berada di angka 34,2 persen," katanya.
Rico menuturkan, penurunan suara Ahok terasa tajam sejak mantan bupati Belitung Timur itu memutuskan meninggalkan proses pencalonan jalur independen pada Juli lalu. Dari seluruh responden yang memilih Ahok, ada 71,2 persen yang menginginkan agar sang pejawat maju lewat jalur perseorangan. Sementara, hanya 23,1 persen pemilih Ahok yang menginginkan jagoannya diusung partai politik.
Menurut Rico, banyak masyarakat yang kecewa atas keputusan Ahok yang beralih ke parpol. Mereka menilai sang gubernur tidak konsisten dengan janjinya dulu yang mengatakan bakal maju secara independen. "Secara definitif, ada 30,4 persen pemilih Ahok yang kini tengah mempertimbangkan untuk mencabut dukungan mereka terhadap sang gubernur," kata Rico lagi.
Survei Median kali ini dilakukan antara 26 September-1 Oktober 2016. Penelitian tersebut melibatkan 500 responden yang dipilih secara acak menggunakan teknik multistage random sampling. Sementara tingkat kepercayaan survei ini diklaim mencapai 95 persen dengan margin of error sekitar 4,4 persen.