REPUBLIKA.CO.ID,MICHIGAN -- Seorang imam asal Lebanon yang beberapa waktu lalu ikut pawai mendukung Donald Trump adalah mantan anggota Hizbullah. Dilansir Guardian pada Rabu (5/10), Mohamed Al-Hajj Hassan membuat terkejut komunitas Muslim dengan menghadiri kampanye pada Jumat di Novi, Michigan.
Ia terlihat duduk di belakang Trump di kursi jajaran ke empat menggunakan turban putih dan pakaian tradisional imam Muslim Syiah. Sebelum hadir di Novi, Trump sudah bertemu dengan Hassan dan beberapa anggota American MidEast Coalition for Trump.
Kelompok ini bekerja untuk mendulang dukungan dari komunitas Timur Tengah bagi Trump. Pertemuan Hassan dan Trump diselenggarakan oleh penasihat kebijakan luar negeri dan Fox News, Walid Phares.
Dikutip Guardian, Hassan merupakan mantan anggota Hizbullah. Amerika Serikat mencatat kelompok tersebut sebagai organisasi teroris asing sejak 1997. Hassan keluar dari Hizbullah tak lama setelah insiden pembunuhan mantan PM Rafik Hariri pada 2005.
Hassan kemudian membentuk Free Shia Movement, kelompok pecahan yang tidak begitu berkembang di Lebanon. Meski sejak itu, ia menjadi lawan yang cukup vokal bagi Hizbullah. Ia muncul di acara TV tahun lalu dan menyebut mantan kelompoknya itu hooligan.
Kehadirannya di kampanye Trump pekan lalu pun menuai banyak komentar, terutama di internet. Blogger Lebanon di Hummus For Thought yang juga editor MENA di Global Voices Online, Joey Ayoub mengatakan semua orang yang bukan anggota partai politik kebingungan melihatnya di sana.
Ayoub mengatakan posisi Hassan yang anti-Hizbullah juga sebenarnya tidak seiring dengan dukungan Trump pada Vladimir Putih. Presiden Rusia itu mendukung Hizbullah di Suriah.
Meski demikian, Hassan sempat mengatakan bahwa Trump menyukai Muslim dan tidak ada masalah dengan umat Islam. Michigan adalah rumah bagi populasi Arab Amerika terbesar di AS. Trump berharap keberadaan Hassan dan sejumlah pemimpin religius lain di pawainya akan mengubah citranya yang anti-Muslim.