REPUBLIKA.CO.ID, Kalkulator kerap digunakan di sekolah untuk memudahkan anak sekolah dalam menghitung angka dalam matematika. Namun, apakah penggunaan kalkulator ini tepat dan diperbolehkan? Apakah tidak membuat anak malas?
“Kita tidak bisa pungkiri pendidikan matematika itu susah banget. Apalagi pas di UN saja tidak boleh pakai kalkulator. Jadi menurut saya bukan karena saya enggak bisa, pas lagi UN, banyak waktu dihabiskan, harus hitung-hitung, salah hitung. Bukannya kita enggak bisa, tapi jadi kurang teliti. Kalau lagi ujian kita salah karena kurang teliti, bukannya jawabannya tidak benar,” ujar presenter dan aktor, Brandon Salim di Jakarta belum lama ini.
Kalau lebih teliti, lanjutnya, kita rinci dan semua pertanyan lebih detail. “Jadi menurut saya matematika itu penting karena bisa membangun karakter. Kalau sebuah masalah di matematika itu kita harus bisa menyelesaikan masalah itu. apapun jalannya,” ujarnya.
Makanya kalau lagi ujian, Brandon mengatakan tidak boleh langsung memberikan jawaban saja. Tapi harus ada jalannya, bagaimana caranya harus bisa seperti ini. Dia mengakui ilmu matematika mengajarkan seseorang problem solving atau memecahkan masalah. "Jadi harus disiplin, dan semua masalah itu ada jawabannya, dan jalannya itu banyak," katanya.
Lalu, apakah kalkulator membuat orang jadi malas? Menurut Brandon, seperti profesor bilang, kalau kalkulator tidak dianjurkan untuk anak SD dan anak SMP. Tujuannya agar mereka terbiasa menghitung dengan kepala, karena matematika adalah sebuah pecahan masalah yang banyak sekali.
“Ada pertambahan lalu digabungkan dengan perkalian dan pembagian. Kalau hal-hal kecil seperti pertambahan itu tidak perlu kalkulator. Kalau yang sin cos tan baru pakai kalkulator. Karena di SMA kan sudah tidak lagi belajar perkalian, jadi kalau pakai kalkulator pun enggak masalah,” ujarnya.
Putra Ferry Salim ini mengatakan sebenarnya matematika itu tidak susah. Menurut Brandon semua orang bisa matematika. Masalahnya apakah dia terbiasa atau tidak untuk menjawab pertanyaan itu,
Misalnya, kalau sudah terbiasa dengan lima kali lima berapa, tidak perlu mikir lagi, untuk pertanyaan seperti itu. “Karena sudah terbiasa maka enggak dibutuhkan kalkulator. Jadi kalkulator untuk mencapai yang lebih rumit,” ujarnya.