Kamis 06 Oct 2016 16:15 WIB

Fenomena Dimas Kanjeng, Ini Penjelasan dari 'Kaca Mata' Antropolog

Rep: Lintar Satria Zulfikar/ Red: Bilal Ramadhan
Dimas Kanjeng Taat Pribadi
Foto: youtube
Dimas Kanjeng Taat Pribadi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Antropolog Universitas Indonesia Achmad Fedyani Saifuddin mengatakan fenomena Dimas Kanjeng bukan fenomena yang sepenuhnya ganjil. Karena kegaiban memang nilai-nilai bawaan manusia. Menurut Achmad semua manusia hidup di antara kenyataan dan kegaiban.

"Jadi kalau melihat gejala Dimas Kanjeng dilihat dari konteks Antropologi Religi dan Ilmu Gaib sebenarnya kalau kita baca bukunya Malinowski itu ada bukunya yang berjudul Magic Science and Religion manusia itu pada dasarnya tidak hanya memiliki fikiran yang sifatnya rasional tapi juga irasional," katanya, Kamis (6/10).

Achmad mengatakan agama dapat dikategorikan di sana. Achmad menjelaskan selama manusia tidak dapat menjawab siapa dirinya, untuk apa keberadaannya di dunia ini, akan kemana ia mati, apa itu roh, selama itu pula kegaiban akan selalu ada. "Kegaiban itu artinya sifatnya universal," kata Pengajar Antropologi UI ini.

Achmad menambahkan jangan berfikir ilmu gaib hanya ada di orang desa, karenanya nyata pada orang  kota dan terpelajar juga begitu. Ia mencontohkan Harry Potter dan Dracula yang dikategorikan ke dalam isu kegaiban sangat populer di Eropa dan Amerika.

Itu sebabnya, kata Achmad, manusia dengan latar belakang dan pendidikan apa pun tidak ada perbedaan. Keduanya dapat percaya pada kegaiban. "Memang sudah jadi bagian instristik manusia," tambahnya.

Fenomena Dimas Kanjeng, menurut Achmad hanya satu kasus saja. Kepercayaan manusia pada kegaiban manusia yang tidak konkrit. Achmad menuturkan ketika kehidupan manusia tidak seimbang maka manusia akan mencari keseimbangan dengan kegaiban. Salah satunya dengan mengkonkrit yang gaib itu dengan instrumen.

"Dengan instrumental itu kegaiban dibuat seolah-olah konkrit dengab dukun, sihir, mantra sesajen. Pikiran alam manusia selalu ada ruang tentang gaib," katanya.

Achmad mengatakan di saat kondisi ekonomi yang serba sulit dan politik yang tidak stabil orang akan mencari kegaiban untuk menyeimbangkan kekacauan. Seperti yang terjadi di Indonesia saat ini. "Seperti Pilkada 2017 nanti dukun-dukun itu akan laris," katanya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement