REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari Indonesian Institute for Development and Democracy (Inded), Arif Susanto menilai wajar jika beberapa hasil survei menunjukan Elektabilitas Ahok menurun. Penurunan tersebut, kata Arif bisa disebabkan kerena beberapa faktor.
Faktor pertama, karena pada survei yang dilakukan sebelumnya, belum ada pengumuman nama-nama pasangan calon yang akan bersaing dengan Ahok di Pilgub DKI Jakarta 2017. Sehingga, ketika nama-nama tersebut diumumkan, maka menurunnya elektabilitas Ahok, menurutnya adalah proses yang sudah pasti terjadi.
"Sebelumnya kan Ahok sudah pasti mencalonkan, yang lain baru penjajakan. Ini proses yang alamiah begitu calonnya sudah jelas, ya hampir pasti Ahok akan menurun. Tinggal sekarang seberapa signifikan penurunan itu," kata Arif saat dihubungi Republika, Kamis (6/10).
Faktor lainnya, lanjut Arif, penurunan tersebut dipengaruhi oleh swing voters pemilih DKI Jakarta yang besar. Sehingga, mereka akan dengan mudah mengganti pasangan calon yang dipilihnya saat dilakukan survei.
"Jadi kalau orang disurvei hari ini memilih pasangan A, bukan tidak mungkin seminggu lagi atau sebulan lagi dia akan bergerak ke pasangan lain. Swing voters ini masih tinggi di Jakarta," ucap Arif.
Ketiga, beberapa isu yang beredar akhir-akhir ini turut memengaruhi elektabilitas Ahok di Pilkada DKI Jakarta 2017. Tak terkecuali, penggusuran bukit duri dan penanganan KPK dalam kasus reklamasi punya pengaruh dalam penurunan tersebut.
Arif melanjutkan, penurunan elektabilitas Ahok menandakan, suara masyarakat di Pilgub DKI Jakarta 2017 akan terdistribusi secara lebih merata ke semua pasangan calon. Sehingga, peluang pemilihan dilakukan dua putaran menjadi terbuka.