Kamis 06 Oct 2016 16:41 WIB

Marwah Daud Pastikan Aqidahnya Tetap Terjaga

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Damanhuri Zuhri
Marwah Daud Ibrahim
Foto: Republika/ Yogi Ardhi
Marwah Daud Ibrahim

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat ini di kalangan media beredar pernyataan tertulis yang mencantumkan nama Marwah Daud Ibrahim. Namun hingga kini Marwah belum dapat dikonfirmasi mengenai kebenaran tulisan tersebut apakah memang dibuat olehnya atau bukan.

Dalam tulisan itu, Marwah mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak atas perhatian dan simpati yang begitu besar terhadapnya terkait dengan Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi.

"Saya menerima dengan hati terbuka dan dengan rasa bahagia, ikhlas dan tulus sepenuh hati semua masukan kepada saya itu, yang mendukung dan yang menghujat, semua saya terima dan yakini sebagai tanda cinta dan sayang kepada saya," ujarnya, Kamis (6/10).

Marwah juga menyampaikan bahwa dirinya masih Marwah yang dulu, yang dikenal sebagai adik atau kakak di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI), sesama alumni Universitas Hasanuddin, alumni The American University Washington DC,  alumni Beasiswa Habibie, serta sesama pengurus atau anggota di Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia, dan berbagai organisasi lainnya.

Dia mengatakan apa yang diperjuangkannya jauh lebih besar daripada padepokan di mana Marwah diamanahi sebagai ketua yayasan dan tim programnya. Apa yang ia perjuangkan juga lebih tinggi dan mulia daripada sekadar membela guru besar padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi.

"Terus terang, sebelum dan sejak awal reformasi sampai detik ini, saya merasa diperjalankan dan dipertemukan oleh Allah SWT dengan orang hebat dan berilmu di banyak pulau Indonesia dan terutama di Pulau Jawa yang punya kemampuan setara Dimas Kanjeng," kata Marwah menjelaskan.

Dia juga banyak membaca dan belajar dengan sahabat yang belajar dari guru tasawuf dan sufi yang menganggap fenomena Dimas Kanjeng biasa-biasa saja. Mereka, kata Marwah, menyebut apabila Allah SWT berkehendak, tidak ada yang mustahil. Hanya saja kisah seperti ini beredar terbatas di lingkungan sendiri.

Menurut Marwah, pembelaannya terhadap Dimas Kanjeng adalah pembelaan menyangkut sebuah proses pencarian, penemuan dan atau peneguhan ideologi untuk sebuah peradaban baru di abad 21.

Ada beberapa peristiwa yang menjadi perhatian Marwah, yakni lumpuhnya komunisme, runtuhnya Tembok Berlin, bubarnya Uni Republik Sosialis Soviet bubar menjadi serpihan negara di Eropa Timur, banyaknya demo dan gugatan terhadap kapitalisme di jantung keuangan dunia New York, Inggris yang tidak lagi diterima memimpin di Eropa. Tak hanya itu, dia juga membahas soal negara-negara Timur Tengah kini menjadi arena perang saudara yang memilukan.

Ilmuwan saat ini mulai bicara tentang transdimensi karena teori gravitasi, relativitas dan fisika quantum, namun mereka tidak bisa menjawab banyak dan bahkan harus go beyond metafisik.

Sementara di pulau-pulau Nusantara begitu kaya dengan genius local. "Semua fenomena ini membuat saya makin yakin bahwa fajar terbitnya  matahari Nusantara Jaya 2045 sedang menyingsing. Islam rahmatan lil alamin harus siap dan menyusun shaf," ujarnya.

Dalam tulisan tersebut, Marwah meyakinkan bahwa dirinya dalam kondisi sehat dan aqidah-nya tetap terjada. "Semoga Allah SWT menunjuki jalan yang lurus dan di Ridhai- Nya. Sahabat, izinkan saya melanjutkan perjalanan," kata Marwah mengakhiri tulisan tersebut.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement