REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah menggelontorkan dana Rp 14,275 miliar untuk biaya riset mengenai citra Indonesia. Riset tersebut telah dilakukan sejak akhir September lalu hingga akhir Desember mendatang di 16 negara. Penelitian tentang citra itu dilakukan oleh tim dari sebuah perusahaan riset multi-nasional yang telah memenangkan lelang di Kementerian Perdagangan.
Deputi III Kantor Staf Kepresidenan Deni Puspa Purbasari mengatakan, setidaknya ada tiga poin yang akan digali oleh tim tersebut. Pertama, yakni mengenai persepsi masyarakat di dalam negeri dan di 16 negara mengenai Indonesia. Kedua, bagaimana persepsi masyarakat luar negeri terhadap positioning Indonesia dibanding negara lain. Hal ini sekaligus untuk mengetahui apa yang harus dilakukan pemerintah agar dapat memenuhi kebutuhan mereka. Ketiga, bagaimana gambaran dan aspirasi masyarakat dalam negeri mengenai citra Indonesia saat ini dan di masa depan.
Deni menganalogikan riset tersebut bagai kegiatan yang selalu dilakukan perusahaan sebelum meluncurkan produk baru ke konsumen. Agar produk dapat diterima dengan baik, maka dibutuhkan riset mengenai persepsi pasar dan kondisi kompetitor.
"Kalau tidak ada riset, dikhawatirkan apa yang kita investasikan, apa yang kita kembangkan itu kemudian salah sasaran. Akhirnya APBN tidak bisa dimanfaatkan secara optimal," ujar Deni, di kantornya, Kamis (6/10).
Setelah hasil riset didapat, sambung dia, pemerintah akan melucurkan satu branding nasional lengkap dengan logo dan tagline-nya sekitar pertengahan 2018 mendatang. Branding itulah yang akan digunakan untuk mempromosikan Indonesia ke dunia internasional. Deni menyebut, membangun citra Indonesia merupakan sebuah pekerjaan panjang yang membutuhkan waktu bertahun-tahun. Karenanya, kata dia, kerja pemerintah tak hanya berhenti sampai meluncurkan logo saja.