REPUBLIKA.CO.ID, Pada tanggal 7 Oktober 1800, pemimpin pemberontakan budak Gabriel Prosser dihukum gantung. Kala itu di Amerika masih berlaku hukum gantung sebab belum ada Hak Asasi Manusia.
Seperti dilansir Timelines, Gabriel merupakan sosok budak yang sangat pemberani. Dia mengumpulkan budak-budak lainnya untuk melakukan pemberontakan dan meminta hak-hak mereka sebagai manusia bisa terpenuhi di Virginia, Amerika.
Gabriel merupakan budak yang pandai dan mampu membaca sehingga ia bisa mempengaruhi budak-budak lainnya untuk ikut pemberontakan. Namun sayangnya sebelum pemberontakan terjadi rencananya terlebih dahulu bocor. Ada budak yang mengkhianatinya dan melaporkan tindakannya kepada tuannya.
Akibat pengkhianatan tersebut, Gabriel dan 25 budak lainnya ditangkap lalu dihukum gantung. Setelah peristiwa itu, Virginia kemudian menerapkan pembatasan kebebasan kaum kulit hitam. Mereka juga melarang orang kulit hitam untuk mendapatkan pendidikan.
Ini semua dilakukan agar orang kulit hitam tetap bisa dibodohi, mau jadi budak. Jika kulit hitam tetap bodoh maka mereka tak mungkin merencanakan pemberontakan kembali.n dyah ratna meta novia