REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dianggap tidak konsisten terhadap perkataannya. Selama ini, Aho, sapaan akrab Basuki, kerap meminta lawan politiknya tidak membawa isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) dalam menyongsong pemilihan gubernur DKI Jakarta 2017.
Namun nyatanya, justru Ahok sendiri yang menyulut timbulnya isu SARA dalam pernyataannya tentang surah Al Maidah ayat 51.
Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Sodik Mudjahid mengatakan pernyataan itu semakin menegaskan bahwa Ahok merupakan pejabat yang munafik. "Dia pejabat munafik. Menuduh dan melarang orang menyerang SARA, tapi dia melakukannya. Bahkan dengan cara yang lebih brutal yakni melecehkan Alquran," ujarnya, Jumat (7/10).
Politikus dari Partai Gerindra tersebut mengatakan selama ini masyarakat sedang berupaya membina kerukunan umat beragama. Hal itu bisa dimulai dengan keteladanan dari pemimpinnya. Namun apa yang dilakukan Ahok menunjukkan sebaliknya. "Ahok menghancurkan upaya membangun kerukunan tersebut," kata Sodik.
Padahal Ahok adalah seorang pejabat dan akan mengikuti kembali pemilihan gubernur DKI. Untuk itu,
Sodik meminta pihak kepolisian dan Panitia Pengawas Pemilihan Umum (Panwaslu) menindak tegas calon gubernur pejawat tersebut.
Baca juga, Ahok dan Ayat Al-Maidah, Versi yang Mendukung Ahok.
Nama Ahok kini sedang ramai diperbincangkan menyusul pernyataan kontroversialnya tentang surah Al Maidah ayat 51. Semuanya berawal dari beredarnya sebuah video di Youtube yang direkam pada acara pertemuan Gubernur DKI Jakarta dengan warga Pulau Seribu. Video tersebut dipublikasikan pada tanggal 27 September 2016. Dalam video tersebut, Ahok mengatakan bahwa masyarakat yang datang dalam acara tersebut dibohongi oleh surat Al-Maidah 51.