Jumat 07 Oct 2016 15:44 WIB

Anies Kontrak Politik dengan Warga Duri Kepa, Apa Isinya?

Rep: Mas Alamil Huda/ Red: Andi Nur Aminah
Anies Baswedan
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Anies Baswedan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menandatangani kontrak politik dengan warga Kampung Guji Baru Kelurahan Duri Kepa, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Dalam kontrak politik tersebut, Anies berkomitmen membantu warga bisa memiliki status atas tanah yang ditempati.

"Ini komitmen eksplisit, saya akan memperjuangkan bukan sekedar melalui lisan tapi ada tercatat," kata Anies di Kampung Guji Baru, Jumat (7/10).

Kontrak politik yang ditandatangani Anies dengan warga tersebut adalah Jakarta beradab, pro rakyat miskin, memanusiakan manusia, berkebudayaan, berbasis pelayanan dan gotong royong.

Selain itu lima komitmen yang disampaikan Anies. Pertama, membantu perjuangan warga Kampung Guji Baru, RT4, 5, 6 dan 7 Kelurahan Duri Kepa, Kecamatan Kebon Jeruk Jakarta Barat dalam memperoleh status kepemilikan tanah yang sudah ditempati warga lebih dari 35 tahun. Ini sesuai dengan UU Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria.

Kedua, menata permukiman yang dianggap kumuh dengan program khusus seperti Rumah Komunitas, Kampung Susun, Kampung Deret, Bedah Kampung dan lain-lain dengan mengedepankan semangat gotong royong.

Ketiga, permukiman kumuh yang berada di atas lahan milik swasta atau BUMN akan dilakukan negosiasi dengan pemilik lahan. Gubernur akan menjadi mediator supaya warga tidak kehilangan haknya.

Selanjutnya, keempat membuat program khusus untuk meningkatkan perekonomian masyarakat, terutama di kampung-kampung dengan berbasis gotong royong seperti kampung tematik dan menambah terbentuknya UKM baru. Poin kelima adalah keterbukaan dan penyebarluasan informasi kepada warga kota.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement